Archive for October, 2011

Gajian

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” *1 Tes 5:18*

“Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” *Ibr 13:16*

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya, sebut saja dia bernama Budiman.

Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.

Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, “Beri kami sedekah, Bu…”

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya, lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah Rp 1.000,-.

Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah lagi untuk bisa membeli makanan.”

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!”

Ironisnya, meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan.

Pada kesempatan yang sama, Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, dan Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.

Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya.

Setelah keluar dari ATM, Budiman mengambil dari dompetnya uang Rp 10.000,-. Uang itu kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah kepada isterinya.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan, “Terima kasih, Tuan, terima kasih… Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga, diberikan karunia keluarga yang sejahtera, rumah tangga yang harmonis, dan anak-anak yang berbakti kepada Tuhan dan keluarga. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga.”

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, “Nak, akhirnya kita bisa makan juga…”

Deggg…!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu, hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu.

“Ada apa Pak?” Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan, “Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak Rp 10.000,-!”

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya, “Bu, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berkali-kali bersyukur kepada Allah dan berterimakasih padaku. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak, dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa! Dia menerima karunia dari Allah sebesar Rp 10.000,- saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur, padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan, bahkan ribuan kali lipat dari Rp 10.000,-. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum, aku bahkan lupa untuk bersyukur.”

“Bu, aku malu kepada Allah! Sang Pengemis yang menerima hanya Rp 10.000,- saja begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima Rp 10.000,- dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu, namun sedikitpun aku tak berucap syukur?”

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes.

Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini mereka kurang bersyukur, “Ya Allah, ampunilah kami para hambaMu yang kerap lalai atas segala nikmatMu!”

Ketika mendapat GAJI, kita berpikir, “Wah sekarang saya mesti bayar ini dan itu,” atau “Wah saya bisa belanja ini dan itu.” Mengapa kita tidak berpikir, “Terima kasih Tuhan saya bisa membayar ini dan itu atau terima kasih Tuhan saya sekarang bisa belanja ini dan itu.”

Serupa tapi tak sama dan jelas berbeda makna. See the different?

Menjadi Teman Hidup Atau Musuh Hidup

Mengapa orang menikah? Karena mereka jatuh cinta. Mengapa rumah tangganya kemudian bahagia? Apakah karena jatuh cinta? Bukan. Tapi karena mereka terus membangun cinta. Jatuh cinta itu gampang, 10 menit juga bisa. Tapi membangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup.

Mengapa jatuh cinta gampang? Karena saat itu banyak dari kita yang menjadi buta, bisu, dan tuli terhadap keburukan pasangan kita.

Tapi saat memasuki pernikahan, tak ada yang bisa ditutupi lagi. Dengan interaksi 24 jam per hari dan 7 hari dalam seminggu, semua belang akan tersingkap, semua cacat akan terbuka.

Di sini letak perbedaan jatuh cinta dan membangun cinta. Jatuh cinta dalam keadaan menyukai. Namun membangun cinta kadang diperlukan dalam keadaan jengkel, karena ketika kita dalam keadaan jengkel cinta bukan lagi berwujud pelukan, melainkan cinta itu harus tetap berbentuk itikad baik memahami konflik dan bersama-sama mencari solusi yang dapat diterima semua pihak. Cinta yang dewasa tidak menyimpan uneg-uneg. Cinta yang dewasa itu harus penuh Keterbukaan, walau ada beberapa hal yang peka untuk bisa diungkapkan, seperti masalah keuangan, orang tua, dan keluarga, atau masalah seks. Namun, sepeka apapun masalah itu perlu dibicarakan agar kejengkelan tak berlarut dan masalah bisa terpecahkan.

Syarat untuk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan perasaan. Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan saling melukai. Jika dibiarkan berlarut, mereka bisa saling memusuhi dan rumah tangga sudah berubah bukan lagi surga, tapi bisa-bisa bagaikan neraka.

Apakah kondisi ini bisa diperbaiki? Tentu saja bisa, saat masing-masing mengingat komitmen awal mereka dulu, apakah dulu anda berdua bersatu dalam mahligai rumah tangga itu ingin mencari TEMAN HIDUP atau MUSUH HIDUP? Kalau memang mencari teman hidup, kenapa sekarang malah bermusuhan???

Mencari teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi terbesar adalah Membangun Cinta, berarti mendewasakan cinta sehingga kedua pihak bisa saling mengoreksi, berunding, menghargai, tenggang rasa, menopang, setia, mau saling mendengarkan, saling memahami, saling mengalah dan tetap bertanggung jawab.

Mau punya Teman Hidup? Jatuh cintalah. Tetapi sesudah itu bangunlah cinta.

Janganlah anda saling menjadi MUSUH HIDUP.

Musim

Suatu hari seorang ayah menyuruh keempat anaknya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yang berbeda.

Anak pertama disuruhnya pergi pada musim DINGIN. Anak kedua disuruhnya pergi pada musim SEMI. Anak ketiga disuruhnya pergi pada musim PANAS. Anak terakhir yaitu yang keempat disuruhnya pergi pada musim GUGUR.

Alhasil mereka berempat melaporkan apa yang mereka lihat sesuai dengan persepsi mereka masing-masing.

Anak pertama berkata, “Pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.”

Anak kedua berkata, “Pohon pir itu dipenuhi kuncup hijau yang menjanjikan.”

Anak ketiga berkata, “Pohon pir itu dipenuhi dengan bunga yang menebarkan bau yang harum.”

Anak keempat berkata, “Pohon pir itu penuh dengan buah yang matang dan ranum.”

Kemudian sang ayah berkata, “Kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yang berbeda.” Ayahnya berpesan, “Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan sesaat saja.”

Ketika kamu sedang mengalami masa sulit, segalanya terlihat tidak menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan. Jangan cepat menyalahkan diri dan orang lain, bahkan berkata bahwa kamu tidak mampu, bodoh, dan bernasib sial.
Ingatlah, kamu berharga di mata TUHAN! Tidak ada istilah “nasib sial” bagi orang percaya!
Kerjakan yang menjadi bagianmu dan percayalah TUHAN akan mengerjakan bagianNya.
Jika kamu tidak bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan kehilangan musim semi dan musim panas yang menjanjikan harapan, dan kamu tidak akan menuai hasil di musim gugur.
“Kegelapan malam tidak seterusnya bertahan, esok akan datang fajar yang mengusir kegelapan”.
Selalu ada pengharapan yang baru.

Kasih Tuhan

Ketika “Kaki” sudah tak kuat berdiri… “BERLUTUTLAH”
Ketika “Tangan” sudah tak kuat menggenggam… “LIPATLAH”
Ketika “Kepala” sudah tak kuat ditegakkan… “MENUNDUKLAH”
Ketika “Hati” sudah tak kuat menahan kesedihan… “MENANGISLAH”
Ketika “Hidup” sudah tak mampu untuk dihadapi… “BERDOALAH”

Di dalam setiap masalah… INGAT Tuhan selalu setia bersama kita!
Dan apa saja yang kamu minta dalam DOA dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.
Tuhan mendengar lebih dari ‎​yang kau katakan…
Tuhan menjawab lebih dari yang kau minta…
Tuhan memberi lebih dari yang kau inginkan…
Karena,
Di belakangmu ada kekuatan ‎​yang tak terhingga…
Di hadapanmu ada kemungkinan tanpa batas…
Di sekitarmu ada kesempatan ‎​yang tiada akhir…
Karena,
Lebih dari itu, di dalammu ada TUHAN yang selalu menyertaimu…
Kasih TUHAN padamu seperti lingkaran tak berawal dan tak berakhir,
Selalu berputar dan meluas serta ɑkɑn menyentuh seluruh hidupmu.

Berbalas Kebaikan Berantai Tanpa Rencana

Suatu hari saya naik angkutan kota dari Darmaga menuju Terminal Baranangsiang, Bogor. Pengemudi angkot itu seorang anak muda. Di dalam angkot duduk 7 penumpang, termasuk saya. Masih ada 5 kursi yang belum terisi.

Di tengah jalan, angkot-angkot saling menyalip untuk berebut penumpang. Tapi ada pemandangan aneh. Di depan angkot yang kami tumpangi, ada seorang ibu dengan 3 orang anak remaja berdiri di tepi jalan. Tiap ada angkot yang berhenti di hadapannya, dari jauh kami bisa melihat si ibu berbicara kepada supir angkot, lalu angkot itu melaju kembali.

Kejadian ini terulang beberapa kali. Ketika angkot yang kami tumpangi berhenti, si ibu bertanya, “Dik, lewat terminal bis ya?” Supir tentu menjawab, “Ya.” Yang aneh ibu tidak segera naik. Ia bilang, “Tapi saya dan ketiga anak saya tidak punya ongkos.” Sambil tersenyum, supir itu menjawab, “Tidak apa-apa, Bu, naik saja.” Ketika si ibu tampak ragu-ragu, supir mengulangi perkataannya, “Ayo, Bu, naik saja, tidak apa-apa.”

Saya terpesona dengan kebaikan supir angkot yang masih muda itu, di saat jam sibuk dan angkot lain saling berlomba untuk mencari penumpang, tapi si supir muda ini merelakan 4 kursi penumpangnya untuk ibu dan anak-anaknya.

Ketika sampai di terminal bis, 4 penumpang gratisan ini turun. Si ibu mengucapkan terima kasih kepada supir. Di belakang ibu itu, seorang penumpang pria turun, lalu membayar dengan uang Rp 20.000,-.

Ketika supir hendak memberi kembalian (ongkos angkot hanya Rp 4.000,-), pria ini bilang bahwa uang itu untuk ongkos dirinya dan 4 penumpang gratisan tadi. “Terus jadi orang baik ya, Dik,” kata pria tersebut kepada sopir angkot muda itu.

Sore itu saya benar-benar dibuat kagum dengan kebaikan-kebaikan kecil yang saya lihat. Seorang Ibu miskin yang jujur, seorang supir yang baik hati, dan seorang penumpang yang budiman. Mereka saling mendukung untuk kebaikan.

Andai separuh saja bangsa kita seperti ini, maka dunia akan takluk oleh kebaikan kita

Mimpilah Yang Indah

Ada seorang anak bernama Argo yang mendapat tugas dari gurunya untuk menuliskan mimpi dan cita-citanya kelak jika dewasa. Karena ayah Argo seorang pelatih kuda miskin yang serba kekurangan, Argo menulis mimpinya kelak memiliki tempat pelatihan kuda 400 hektar yang lengkap dan rumah seluas 4000 meter persegi.

Waktu tugasnya diberikan ke gurunya, betapa kagetnya ia mendapat nilai F, disertai ada catatan dari gurunya, temui saya setelah jam pelajaran.

Argo habis dimarahin sama gurunya karena mimpinya dianggap tidak masuk akal dan dikasih waktu seminggu untuk merubahnya.

Di rumah, Argo bercerita kepada ayahnya dan ayahnya berkata, “Nak, mimpimu adalah masa depanmu,
jadi terserah mau menggantinya atau tidak.”

Esok harinya Argo bertemu gurunya dan berkata, “Biarkan nilai F tetap menjadi milikku, tapi aku tak akan merubah mimpiku.”

Berpuluh tahun lewat, Argo kecil tumbuh dewasa dan berhasil menggapai mimpinya. Ketika Gurunya datang berkunjung, ia berkata, “Kamu hebat nak! Maafkan saya nak, saya ternyata seorang guru yang hanya bisa merenggut mimpi-mimpi anak sepertimu.”

Miskin bukan masalah kelahiran, tapi masalah pilihan.
Beda antara orang yang berhasil dan yang sangat berhasil cuma terletak di mimpinya.
Orang yang tidak punya mimpi, mereka hidup untuk mencari uang.
Tapi orang yang punya mimpi mereka hidup untuk BERANI mewujudkan mimpinya dan uang yag mengejarnya.

Have a Fantastic Life!

Ketika Anak Ayam Menjadi Roti Ayam

Alkisah ada seorang perempuan Kristen mempunyai 2 ekor anak ayam. Anak ayam itu sering mencari makan di halaman rumah tetangganya yang berkarakter cepat naik darah.

Suatu hari tetangganya menangkap kedua anak ayam itu dan mencekik lehernya hingga mati, lalu anak ayam itu dilemparkannya kembali ke rumah pemiliknya melalui pagar. Tentu saja mendapati ayamnya mati, maka perempuan itu jadi berduka.

Namun, dia tidak menjadi marah dan mencaci maki tetangganya. Sebaliknya ia mengambil anak ayam itu, mencabuti bulunya, dan memasaknya menjadi roti ayam. Kemudian mengirimkan roti ayam tersebut ke rumah tetangganya yang telah membunuh anak ayam itu.

Perempuan itu meminta maaf karena tidak berhati-hati menjaga anak ayamnya. Tetangganya tidak bisa berkata apa-apa. Roti ayam dan permintaan maaf itu membuatnya malu.

Sebenarnya bukan maksud perempuan itu untuk membuat dia malu, tetapi motivasinya membalas kejahatan dengan kebajikan adalah untuk memperlihatkan KASIH Kristen yang nyata kepada tetangganya.

Membalas kasih dengan kebencian adalah kejahatan.
Membalas kasih dengan kasih adalah manusiawi.
Membalas kebencian dengan kasih adalah ilahi.

“Sebab kalau kalian mengasihi hanya orang yang mengasihi kalian saja, untuk apa Allah harus membalas perbuatanmu itu? Bukankah para penagih pajak pun berbuat begitu? Dan kalau kalian memberi salam hanya kepada kawan-kawanmu saja, apakah istimewanya? Orang-orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat begitu! Bapamu di surga mengasihi semua orang dengan sempurna. Kalian harus begitu juga.” *Mat 5: 46-48*

Manfaat Memberi

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di rumah sakit di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, “Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya, jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!”

“Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang,” kata si pengusaha ini dengan yakinnya. Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya. Dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit.”

Dengan lembut si Malaikat berkata, “Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu, tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu.”

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka. Kata Malaikat, “Aku akan memberitahukanmu kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu.”

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, “Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.” Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata, tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami dan ayah yang baik yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya tersisa 10 menit lagi. Melihat waktu yang makin sempit, semakin menangislah si pengusaha ini. Penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, “Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?” Jawab si Malaikat, “Ada beberapa yang berdoa buatmu, tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois, dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah.”

Si pengusaha tertunduk lemah dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah deras ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, “Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu. Kau tidak jadi meninggal karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00.”

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

“Bukankah itu Panti Asuhan?” kata si pengusaha pelan. “Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.”

“Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka, akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.”

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja, padahal seharusnya kita berdoa bagi mereka. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya, mereka dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi mereka.

Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain, sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain, karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan fisiknya, tapi dari kekuatan hatinya.

Dream

…..a touching story of a father who supported his son all way…..

“A man without dreams is a bird without wings” Bob Richards, the former pole-vault champion, shares a moving story about a skinny young boy who loved football with all his heart. Practice after practice, he eagerly gave everything he had. But being half the size of the other boys, he got absolutely nowhere. At all the games, this hopeful athlete sat on the bench and hardly ever played. This teenager lived alone with his father, and the two of them had a very special relationship. Even though the son was always on the bench, his father was always in the stands cheering. He never missed a game.

This young man was still the smallest of the class when he entered high school. But his father continued to encourage him but also made it very clear that he did not have to play football if he didn’t want to. But the young man loved football and decided to hang in there. He was determined to try his best at every practice, and perhaps he’d get to play when he became a senior. All through high school he never missed neither a practice nor a game but remained a bench-warmer all four years. His faithful father was always in the stands, always with words of encouragement for him. When the young man went to college, he decided to try out for the football team as a “walk-in”.

Everyone was sure he could never make the cut, but he did. The coach admitted that he kept him on the roster because he always puts his heart and soul to every practice, and at the same time, provided the other members with the spirit and hustle they badly needed. The news that he had survived the cut thrilled him so much that he rushed to the nearest phone and called his father. His father shared his excitement and was sent season tickets for all the college games. This persistent young athlete never missed practice during his four years at college, but he never got to play in a game. It was the end of his senior football season, and as he trotted onto the practice field shortly before the big playoff game, the coach met him with a telegram.

The young man read the telegram and the end he became deathly silent. Swallowing hard, he mumbled to the coach, “My father died this morning. Is it all right if I miss practice today?” The coach put his arm gently around his shoulder and said, “Take the rest of the week off, son. And don’t even plan to come back to the game on Saturday.” Saturday arrived, and the game was not going well. In the third quarter, when the team was ten points behind, a silent young man quietly slipped into the empty locker room and put on his football gear. As he ran onto the sidelines, the coach and his players were astounded to see their faithful teammate back so soon. “Coach, please let me play. I’ve just got to play today,” said the young man.

The coach pretended not to hear him. There was no way he wanted his worst player in this close playoff game. But the young man persisted, and finally feeling sorry for the kid, the coach gave in. “All right,” he said. “You can go in.” Before long, the coach, the players and everyone in the stands could not believe their eyes. This little unknown, who had never played before was doing everything right. The opposing team could not stop him. He ran, he passed, locked, and tackled like a star. His team began to triumph. The score was soon tied.

In the closing seconds of the game, this kid intercepted a pass and ran all the way for the winning touchdown. The fans broke loose. His teammates hoisted him onto their shoulders. Such cheering you never heard. Finally, after the stands had emptied and the team had showered and left the locker room, the coach noticed that this young man was sitting quietly in the corner all alone.

The coach came to him and said, “Kid, I can’t believe it. You were fantastic! Tell me what got into you? How did you do it?” He looked at the coach, with tears in his eyes, and said, “Well, you knew my dad died, but did you know that my dad was blind?” The young man swallowed hard and forced a smile, “Dad came to all my games, but today was the first time he could see me play, and I wanted to show him I could do it!”

Kakek dan Nenek

Apalah arti kata “I Love You” bila hanya sebatas di mulut tanpa tindakan nyata? Saling menjaga, mengasihi, dan janji setia untuk seumur hidup hanya dengan seorang pria/wanita sebagai pasangan.

Si Kakek ini seumur hidupnya ia tak pernah mengucapkan I LOVE YOU dalam bahasa verbal apapun.

Ketika Kakek melamar Nenek, hanya tiga kata yang diucapkan, “Percayalah kepada saya.”

Ketika Nenek melahirkan anak perempuan pertama, Kakek mengatakan, “Maaf ya sudah menyusahkan kamu.”

Ketika anak perempuannya menikah, Nenek merasa kehilangan dan Kakek hanya merangkul Nenek dengan mengatakan, “Masih ada saya.”

Ketika Nenek sedang sakit parah, Kakek berkata, “Saya akan selalu ada di sampingmu.”

Ketika Nenek sakitnya makin parah dan akan meninggal, Kakek hanya mengatakan kepada Nenek, “Kamu tunggu saya ya.”

Seumur hidup, Kakek tidak pernah sekali pun mengucapkan “Aku cinta padamu”, tetapi ‘CINTA’nya tidak pernah meninggalkan dia, cintanya diwujudkan dalam hidup keseharian mereka, seumur hidup tindakan dan perbuatannya selalu penuh dengan CINTA.

Walaupun sulit menemukan pasangan seperti dongeng ini, tapi saya percaya pasti ada pasangan-pasangan lain yang demikian kuat rasa cintanya di dunia ini. Semoga demikian pula untuk semua pasangan yang sudah memutuskan untuk hidup bersama, karena dengan anda memutuskan untuk menikahi pasangan anda, maka itu berarti kontrak seumur hidup sudah dimulai, termasuk semua konsekuensinya.

Jadilah Kakek dan Nenek terromantis versi anda masing-masing!!!