Archive for October, 2012

Arti Kesibukan

Suatu hari, seorang ahli ‘Managemen Waktu’ berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya. Ketika dia berdiri di hadapan siswanya dia berkata, “Baiklah, sekarang waktunya kuis.” Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yang bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples.

Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Semua siswanya serentak menjawab, “Sudah!” Kemudian dia berkata, “Benarkah?” Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat di antara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi, “Apakah toples ini sudah penuh?” Kali ini para siswanya hanya tertegun. “Mungkin belum!” salah satu dari siswanya menjawab. “Bagus!” jawabnya.

Kembali dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong di antara kerikil dan bebatuan. Sekali lagi dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” “Belum!” serentak para siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata, “Bagus!” Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya, “Apakah maksud dari ilustrasi ini?” Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, “Maksudnya, betapa pun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain ke dalamnya!” “Bukan!” jawab si ahli, “Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.”

Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yang kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yang kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yang pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu.

Nothing great in the world has ever been accomplished without PASSION.

Berubah Pikiran

Nenek membantu kakek turun dari tempat tidur dan menolongnya berjalan ke dapur untuk sarapan. Setelah makan, ia mengantar kakek ke kursinya di ruang duduk, tempatnya beristirahat sementara nenek mencuci piring. Sesekali nenek menghampiri, kalau-kalau kakek perlu sesuatu. Begitulah rutinitas mereka sehari-hari sejak serangan stroke kakek yang terakhir.

Meskipun dulu tergolong orang yang aktif, kini kakek terpaksa harus diam di rumah karena lengan kirinya lumpuh, sulit berjalan, dan bicaranya pun tergagap. Sudah hampir setahun ia bahkan tidak bisa ke gereja atau mengunjungi keluarga.

Hari-hari dilewatkan kakek dengan menonton televisi. Ia mengikuti berita dan berbagai permainan, sementara nenek mengerjakan kegiatannya sehari-hari. Mereka sepakat, kakek tidak boleh bangun dari kursi atau tempat tidur tanpa bantuan nenek. “Kalau kau terjatuh dan punggungku terkilir karena berusaha membantumu, siapa yang akan mengurus kita?” begitu kata nenek. Nenek berkeras untuk mengurus diri mereka sendiri dan hidup mandiri. Rumah bata di Brooklyn itu merupakan tempat tinggal mereka sejak pertama dan menyimpan banyak kenangan. Mereka tidak ingin keluar dari rumah itu.

Meski keduanya imigran dari Irlandia, mereka bertemu dan menikah di Amerika. Nenek tergolong orang yang ramah, senang berpergian, dan tidak egois. Kakek yang pendiam termasuk jenis laki-laki yang mengabdi pada keluarga. Namun, ia tidak royal dalam memberi. Meskipun ia tidak akan berpikir dua kali untuk membagi miliknya dengan nenek, ia berkeyakinan kalau istri selalu diperlakukan dengan baik selamanya, maka tidak perlu memberi hadiah, karena itulah ia jarang membelikan hadiah untuk nenek.

Di awal-awal perkawinan dulu, hal itu menjadi masalah, tetapi dengan berjalannya waktu, nenek menyadari bahwa kakek adalah orang yang baik. Lagi pula, nenek bebas membeli apa saja yang ia mau.

Suatu hari, di bulan Februari yang kelabu, khas suasana musim semi di New York, seperti biasa nenek memapah kakek ke kursinya. “Aku mau mandi dulu.” Nenek menyodorkan remote televisi. “Kalau perlu apa-apa, tunggu saja, sebentar lagi aku selesai.” Selesai mandi, nenek melihat sekilas ke arah kursi kakek dan melihat tongkat kakek tidak ada di tempat biasanya. Melihat ada sesuatu yang janggal, ia menghampiri kursi tadi. Kakek tidak ada. Pintu lemari terbuka, topi dan jaket kakek tidak ada. Seketika nenek merasa cemas. Masih dengan jubah mandi, nenek memakai jaket dan segera berlari ke luar. Pasti kakek belum terlalu jauh, berjalan tanpa bantuan saja cukup sulit bagi kakek.

Dengan khawatir nenek mencari-cari ke kanan dan ke kiri. Tampak gumpalan salju dan lapisan es di permukaan trotoar. Untuk orang biasa saja sulit berjalan di atas permukaan yang licin seperti itu, apalagi untuk kondisi seperti kakek. Ke mana perginya si kakek? Kenapa ia meninggalkan rumah sendirian? Nenek meremas-remas jemarinya sambil memperhatikan lalu lintas di depannya tanpa merasakan udara dingin yang begitu menggigit. Ia teringat pernah tak sengaja mendengar kakek mengungkapkan kepada salah satu cucu baru-baru ini, bahwa ia merasa menjadi beban. Sebelum satu tahun belakangan ini, kakek tergolong orang yang kekar dan sehat, sekarang ia bahkan tak mampu melakukan hal-hal yang sederhana sekali pun.
Berdiri di ujung jalan, nenek dikuasai perasaan bersalah.

Saat itulah terlihat kakek berjalan di tikungan, berjalan menunduk dengan langkah-langkah kecil yang sangat berhati-hati. Jaketnya bergelayut di lengannya yang lemah, sementara tangan yang satu menggenggam tongkat dan sebuah bungkusan.

Tak sabar nenek segera berlari menghampirinya. Ia merasa lega melihat kakek baik-baik saja, lalu nenek memarahinya. “Cuma ditinggal sebentar saja, kok. Ada keperluan apa sih yang begitu mendesak? Aku khawatir sekali! Apa sih yang begitu pentingnya?” Dengan perasaan bingung dan ingin tahu, nenek meraih kantong kertas yang dibawa kakek. Belum sempat kakek menjelaskan, dikeluarkannya sebuah wadah berbentuk hati. “Ini hari Valentine,” jelas kakek. “Kupikir kau pasti senang mendapat sekotak cokelat.” Hadiah? Semua kekhawatiran itu hanya untuk… permen cokelat? “Sudah lama sekali aku tidak memberimu hadiah.” Kata-katanya yang terbata-bata akibat stroke itu menghangatkan angin musim salju yang dingin. Air mata nenek merebak, didekapnya tangan kakek di dada dan menuntunnya pulang. Perlahan nenek menggeleng. Hanya perlu ditunjukkan, batin nenek, tidak ada kata terlambat untuk cinta.

Interview With God

Man: Selamat pagi, Tuhan, sekiranya Tuhan punya waktu sedikit, aku ingin bicara.
God: Ooo.. waktuKu adalah KEKEKALAN, tidak ada masalah tentang waktu. Apa pertanyaanmu?
Man: Apa yang paling mengherankan bagiMU tentang kami manusia?
God: Hahaha.. kalian itu makhluk yang aneh.
* Pertama, suka mencemaskan masa depan, sampai lupa hari ini.
* Kedua, kalian hidup seolah-olah tidak bakal mati.
* Ketiga, kalian cepat bosan sebagai anak-anak dan terburu-buru ingin dewasa. Namun setelah dewasa rindu lagi jadi anak-anak, suka bertengkar, ngambek, dan ribut karena soal-soal sepele.
* Keempat, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, tetapi membayarnya kembali untuk mengembalikan kesehatan itu.
Hal-hal begitulah yang membuat hidup kalian susah.

Man: Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA?
God: Sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan. Inilah satu lagi keanehan kalian: Suka melupakan nasihatKu. Baiklah, Ku ulangi lagi ya beberapa yang terpenting.
1. Kalian harus sadar bahwa mengejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rejeki. Jadi, jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang mengejar kalian.
2. Ingat: “siapa” yang kalian miliki itu lebih berharga daripada “apa” yang kalian punyai. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.
3. Jangan bodoh dengan cemburu dan membandingkan yang dimiliki orang lain. Melainkan bersyukurlah dengan apa yang sudah kalian terima. Khususnya, kenalilah talenta dan potensi yang kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia unggul. Otomatis rejeki yang akan mengejar kalian.
4. Ingat: orang yang disebut Kaya bukanlah dia yang berhasil mengumpulkan yang paling banyak, tetapi adalah dia yang paling “sedikit” memerlukan, sehingga masih sanggup memberi kepada sesamanya. Ok?

Yang terpenting buat kamu pribadi yang sedang membaca ini, bisa mengerti dan bertindaklah.
Ingat janji ini: “AKU Tidak Akan Meninggalkanmu”.

Sebuah Kepercayaan

Ada sepasang suami istri membuka sebuah toko arak. Karena kejujuran mereka, arak yang dijual barangnya baik dan harganya murah, dan sangat disukai langganannya. Perdagangannya sangat ramai.

Pada suatu hari, suami pergi kulak (membeli barang dagangan). Istri ingin untung sedikit lebih banyak, lalu mencampur sedikit air di dalam arak. Akhirnya hari itu lebih beruntung lima dolar.
Sore hari, setelah suami kembali, istri dengan senang hati mengambil untung yang lebih lima dolar itu, dan berkata kepada suaminya, “Saya mencampur air di dalam arak, maka hari ini lebih untung lima dolar.” Suami terdengar berteriak dan mengatakan, “Bendaku yang paling berharga itu telah kamu jual!” Istri tidak mengerti perkataan suaminya, benda yang paling berharga itu apa?

Mulai hari itulah perdagangan mereka semakin sepi, dan akhirnya mengalami kebangkrutan. Pada waktu itu istri barulah mengerti yang diucapkan suaminya, benda yang paling berharga itu sebenarnya adalah “KEPERCAYAAN”.

Janganlah kamu salah gunakan kepercayaan seseorang karena masalah kecil. Ingatlah pepatah: “Setitik noda rusak susu sebelangga”.

Life Philosophy

Seorang laki-laki mempunyai 4 istri.

Istri pertama yang tua dan jelek biasanya tidak diperhatikan.

Istri kedua agak cantik, agak diperhatikan.

Istri ketiga lumayan cantik dan cukup diperhatikan.

Istri keempat sangat cantik dan sangat diperhatikan dan di sanjung-sanjung serta diutamakan.

Saat seorang suami mau meninggal, dipanggillah istri keempat yang cantik dan ditanya maukah ikut menemaninya ke alam kubur, si istri menjawab, “Maaf, cukup sampai di sini saja saya ikut denganmu.”

Saat dipanggil istri yang ketiga, ditanya hal yang sama maka dijawab, “Maaf, saya hanya akan mengantarmu sampai di kamar mayat dan paling jauh sampai di rumah duka.”

Kemudian dipanggil istri kedua dan ditanyakan hal yang sama, dijawab, “Baik, saya akan menemanimu, tapi hanya sampai ke liang kubur setelah itu good bye.”

Sang suami sungguh kecewa mendengar semua itu, tapi inilah kehidupan dan menjelang kematian.

Lalu dipanggillah istri pertama dan ditanyakan hal yang sama, si suami tidak menyangka dijawab istri pertama, “Aku akan menemani kemanapun kamu pergi dan tetap mendampingimu.”

Mau tahu apa siapa istri ke-1 sampai ke-4 itu?

Istri ke-4 adalah harta kekuasaan dan kekayaan, dia akan meninggalkan jasad kita seketika saat kita meninggal.

Istri ke-3 adalah teman-teman kita yang hanya akan mengantar jasad kita hanya sampai di kamar mayat atau rumah duka saat disemayamkan.

Istri ke-2 adalah keluarga dan saudara kita yang akan mengantar kita sampai di kuburan dan akan meninggalkan kita setalah mayat kita dimasukkan dalam liang kubur dan ditutup dengan tanah.

Istri ke-1 adalah amal perbuatan kita atau karma kita yang akan menemani kemanapun kita dilahirkan kembali. Di alam yang lebih baik kalau karma baik kita banyak, dan ke alam yang lebih jelek kalau karma buruk kita banyak.

Hal Kecil Yang Menjengkelkan

Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat, sedangkan sebagian besar meninggal saat terjadinya serangan atas WTC – untuk menceritakan pengalamannya.

Pada pertemuan pagi itu, pimpinan keamanan menceritakan kisah bagaimana mereka bisa selamat. Dan semua kisah itu adalah hanyalah mengenai: HAL-HAL YANG KECIL.

Kepala keamanan perusahaan selamat pada hari itu karena mengantar anaknya hari pertama masuk TK.

Karyawan yang lain masih hidup karena hari itu adalah gilirannya membawa kue untuk murid di kelas anaknya.

Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepat waktu.

Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadi kecelakaan lalu lintas.

Seorang karyawan ketinggalan bus.

Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian.

Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.

Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telepon yang berdering.

Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidak bisa siap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.

Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.

Sedangkan satu hal yang menahan saya sendiri adalah: sebuah sepatu baru. Saya memakai sepatu baru pagi itu, dan berangkat kerja dengan bersemangat. Tetapi sebelum sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka di tumit. Saya berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester. Inilah yang menyebabkan saya bisa tetap hidup sampai hari ini.

Suatu pagi jika saudara merasa semuanya terlihat sangat kacau, anak-anak lambat berpakaian, saudara tidak bisa menemukan kunci mobil, selalu sampai di perempatan saat lampu merah menyala; jangan terburu-buru marah atau frustrasi, karena TUHAN sedang bekerja untuk menjaga kehidupan anda!

Hukum Truk Sampah

Baca dan renungkan nilai positif dari sang sopir taksi.

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke bandara. Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan memaki ke arah kami. Supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang tersebut.

Saya sangat heran dengan sikapnya yang bersahabat. Saya bertanya, “Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!”

Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut “Hukum Truk Sampah”.

Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, atau kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah, atau dalam perjalanan. Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan “truk sampah” mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati.

Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.

Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu menghadapinya.

Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.

Selamat menikmati hidup yang diberkati dan bebas dari “sampah”.

Toko Istri

Sebuah toko yang menjual istri baru, dibuka dimana pria dapat memilih seorang istri.

Di antara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk, terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk ke toko tersebut.

“Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI”.

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai, dimana setiap lantai akan menunjukkan kelompok calon istri.

Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai wanita tersebut. Kamu dapat memilih wanita di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya, tapi dengan syarat tidak bisa turun lagi ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko.

Lalu, seorang pria pun pergi ke toko “istri” tersebut untuk mencari istri.

Di setiap lantai terdapat tulisan seperti ini:

Lt. 1:
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan dan pandai memasak.
Pria itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Lt. 2:
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, dan lemah lembut.
Kembali pria itu naik ke lantai selanjutnya.

Lt. 3:
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, dan cantik banget.
“Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik.

Lalu sampailah pria itu di lantai 4 dan terdapat tulisan:
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, dan sayang anak.
“Ya ampun!” Dia berseru, “Aku hampir tak percaya.”

Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5.
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, sayang anak, dan sexy.

Dia tergoda untuk berhenti, tapi kemudian dia melangkah kembali ke lantai 6 dan terdapat tulisan:

Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012.000.
Tidak ada wanita di lantai ini.
Lantai ini hanya semata-mata pembuktian untuk pria yang tidak pernah puas.
Terima kasih telah berbelanja di “Toko Istri”.

Kisah Cinta Kupu-Kupu

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain.

Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun.

Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu Ia memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya. Tuhan bertanya kepadanya, “Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?” Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab, “Ya.”

Tuhan berkata, “Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama tiga tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?” Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab, “Saya bersedia!”

Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu.

Dengan disekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi ke mana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya?

Hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam. Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut, lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki.

Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya.

Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh diketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat didengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan.

Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya.

Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang dibicarakan banyak orang. Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala .

Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah dimilikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang wanita lain, sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini.

Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu.

Dalam kapel kecil telah dipenuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang berada di bawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan, “Saya bersedia menikah dengannya.” Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya, lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.

Dengan pedih hati Tuhan menarik napas, “Apakah kamu menyesal?” Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya, “Tidak.” Tuhan lalu berkata disertai seberkas kegembiraan, “Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri.” Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup.”

ADA BEBERAPA KEHILANGAN MERUPAKAN TAKDIR.
ADA BEBERAPA PERTEMUAN ADALAH YANG TIDAK AKAN BERAKHIR SELAMANYA.
MENCINTAI SESEORANG TIDAK MESTI HARUS MEMILIKI, NAMUN MEMILIKI SESEORANG MAKA HARUS BAIK-BAIK MENCINTAINYA.

50 Tahun Salah Paham

Dikisahkan, di sebuah gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar, serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.

Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati jamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.

“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.

Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan.

Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, isteriku?”

Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan, “Suamiku, sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu aku telah dengan melayani dalam suka dan duka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.” tutur sang isteri.

Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya, “Isteriku yang tercinta, 50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”

Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, “Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”

Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi, “Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini saya belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.” Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.

Bisa saja, sepasang suami-isteri saling mencintai dan hidup serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik. Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai ganjalan di hati, tidak pernah dibiacarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan. Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian, dan kebiasaan berpikir positif.