Archive for April, 2013

Hidup Untuk Memberi

Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip di sela-sela kepadatan kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta.

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut, ia menyapa akrab setiap orang, dari Tukang Koran, Penyapu jalan, Tuna Wisma, sampai Pak Polisi.

Pemandangan itu membuatku tertarik, pikiranku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan? Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??

Untuk membunuh rasa penasaranku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai di seberang jalan, setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang. “De, boleh kakak bertanya?” “Silakan Kak.” “Kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ke tukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan Pak Polisi, itu apa?” “Oh… Itu bungkusan nasi dan sedikit lauk, Kak, memang kenapa, Kak?” Dengan sedikit heran, sambil ia balik bertanya. “Oh… tidak, kakak cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah lama kenal dengan mereka?”

Lalu, adik kecil itu mulai bercerita. “Dulu aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belas kasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan, ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan. Apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih, namun setelah ibuku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu, ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu, jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup, kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka? Yang ibuku selalu katakana, ‘Hidup harus berarti buat banyak orang’, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu kasih kepada sesama serta amal dan perbuatan baik kita. Kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang, kenapa kita harus tunda? Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat, hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta. Apa yang kita bawa?” Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati, saat itu juga aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. “Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikatku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.”

Kasih itu sabar, kasih itu penyayang, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah, tidak membenci dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, kasih itu selamanya, tidak berkesudahan.

Cerita Kehidupan

Ada seorang bapak bernama Pak X yang hidupnya lumayan susah. Beliau ini mempunyai anak Y dan Z. Anaknya yang Y adalah seorang penjual minuman jahe hangat, sedangkan anaknya yang Z adalah seorang penjual es kelapa muda. Kedua Anak Pak X ini sudah menikah semua.

Pada suatu hari Pak X ini sedang berpikir tentang kedua anaknya, sehingga beliau ini menderita penyakit hipertensi yang bisa dibilang cukup parah. Sudah dibawa ke puskesmas dan rumah sakit, tapi tidak sembuh-sembuh. Anaknya si Y dan Z juga ikut bingung dan susah. Apa sih yang menyebabkan penyakit dari Pak X ini?

Pada suatu siang hari Pak X sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Ia memikirkan mengapa siang ini begitu panas sekali sehingga membuat ia berkeringat. Setelah itu ia berpikir lagi. “Hmm… Gimana yah nasib anak saya Y kalo hari panas begini? Padahal anaknya lagi sakit dan butuh obat. Tapi kalau panas terik kayak gini, siapa yang mau beli jahe hangatnya yah?” geram Pak X.

Ia terus berpikir siang itu. Ia ingin sekali membantu anaknya Y yang anaknya sakit, tapi ia sendiri untuk makan saja sulit, apalagi mau membantu membelikan obat untuk cucunya tadi. Karena kecapean dalam berpikir akhirnya Pak X tertidur di kursi terasnya. Tiba-tiba saja Pak X ini dibangunkan oleh bunyi hujan deras “Kretek…..kretek….kretek…..”

Akhirnya beliau masuk rumah. Lagi-lagi Pak X ini di sore hari yang hujan kembali berpikir nasib anaknya (Yah beginilah sayang orang tua kepada kita). Setelah anaknya Y yang dipikirkan, kali ini ia ganti memikirkan anaknya yang Z. Ia berpikir bagaimana nasib anaknya yang Z ini. Mana laku dagangan es kelapa mudanya kalau hujan deras dan cuaca dingin seperti ini? Ia makin punya pikiran yang tidak karu-karuan. Ia memikirkan anaknya Y yang tadi sudah tidak laris, kali ini kok Z juga tidak laku juga dagangannya. “Wah gimana nasib anak-anakku ini? Sementara aku sendiri untuk biaya hidupku sendiri saja aku tak mampu. Aku ini bapak macam apa.” gerutu Pak X.

Akhirnya pun Pak X jatuh sakit. Ia terkena hipertensi. Anaknya si Y dan Z tadi yang mendengar bapaknya sakit, mereka pun segera membawa ke rumah sakit dan puskesmas. Namun ternyata tidak ada hasilnya juga. Salah satu tetangga Pak X ini ada yang dokter. Akhirnya pun ia mau memberikan pengobatan gratis pada Pak X ini.

Dokter ini bertanya pada Pak X, “Pak, sebenarnya bapak ini kok bisa sakit kayak gini? Kenapa, Pak? Soalnya bapak ini kan udah berobat kemana-mana kok belum sembuh? Kayaknya sakit bapak ini ada yang aneh.” tanya Dokter. “Saya juga tidak tahu, Dokter,” kata pak X. “Kalau menurut saya, bapak ini sakit karena ada yang mengganjal pikiran bapak.” jawab Dokter. “Iya, benar, Dokter,” kata Pak X. “Memangnya apa yang mengganjal pikiran bapak ini? tanya Dokter. “Begini Dokter, saya ini kasihan sama anak-anak saya. Saya memikirkan anak saya si Y saat di panas terik. Saya berpikir apa dagangan si anak saya Y ini akan laku kalau panas terik begini. Karena hal itu saya jadi sedih. Belum lagi kalau hujan datang dan cuaca dingin merasuk, saya ganti memikirkan anak saya yang Z yang sedang jualan es kelapa muda. Mana laku dagangan anak saya. Sementara saya sebagai bapak tidak bisa bertindak apa-apa.” kata Pak X.

Lalu Dokter itu tersenyum. “Pak, coba mulai sekarang anda balik pikiran anda. Jikalau sekarang saat panas terik, bapak pikirkan betapa larisnya dagangan anak anda yang Z, dan selain itu saat cuaca dingin dan hujan tiba, pikiran anda harus berbalik kepada anak anda yang Y yang sedang laris-larisnya jualan minuman jahe hangat.” kata Dokter. Lalu Pak X itu mengangguk-anggukan kepalanya.

Pak X pun mentaati sesuai anjuran dokter tadi. Akhirnya Pak X sembuh dari sakit hipertensinya.

Apa sih yang dapat kita petik dari cerita ini? Kita harus senantiasa mensyukuri apa yang kita dapat saat ini, namun banyak sekali orang-orang yang lebih mendramatisir suatu musibah. Padahal mereka pada waktu yang sama juga mendapatkan sebuah berkah atau kebaikan. Tapi kita sebagai seringkali melupakan sebuah keberuntungan dan lebih mendramatisir suatu musibah yang datang kepada kita. Padahal jika kita mau mensyukuri apa yang telah kita dapat dan sabar serta tawakal saat musibah datang, hidup kita lebih tenang.

Suami Istri

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Setiap pasang mata yang memandang setuju bahwa mereka berdua saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan kita. Masing-masing dari kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita, kemudian kita akan mebahas bagaimana merubah hal-hal tersebut, dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia.” Suaminya pun setuju, dan malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Keesokan harinya, ketika sarapan, istrinya berkata, “Aku akan mulai duluan ya,” kata sang istri, kemudian ia mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu per satu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan, bahwa airmata suaminya mulai mengalir. “Maaf, apakah aku harus berhenti?” tanya sang istri. “Oh tidak, lanjutkan saja.” jawab suaminya.

Sang istri pun melanjutkan membacakan semua yang terdaftar dan berkata dengan bahagia, “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan apa yang kamu tulis.” Dengan suara perlahan, suaminya berkata, “Aku tidak mencatat sesuatu pun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau baik, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku…”

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya, bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati. Sesungguhnya, tak perlu menghabiskan waktu untuk memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan, dan pengharapan. Mengapa kita harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan, dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah?

Orang Tua Yang Baik Hati

Alkisah terdapat orang tua kaya raya yang baik hati. Daripada menikmati kekayaannya seorang diri, ia lebih suka membantu orang lain agar hidup lebih nyaman. Ia mengabdikan dirinya membantu orang yang menderita dan sedang kesusahan.

Orang-orang yang menerima bantuan orang tua itu sangat berterima kasih kepadanya. Kebaikan serta kedermawanannya tersohor di seluruh negeri bahkan sampai ke negara-negara tetangga. Itulah sebabnya, kebaikannya pun terdengar sampai ke surga.

Sewaktu penghuni surga mengetahui sifat dermawan orang tua tersebut, ia menjadi iri hati. “Dulu saya juga terkenal karena rela membantu dan memberi pada orang lain hingga Tuhan membawa saya ke surga setelah saya meninggal. Namun orang tua ini telah melakukan kebaikan melebihi dari yang saya lakukan. Apakah ia akan mendapat berkat melebihi saya?”

Penghuni surga ini merasa sangat iri. Lalu ia memutuskan untuk mencegah orang tua tersebut melanjutkan berbuat kebaikan. Ia menjelma menjadi manusia dan muncul di depan orang tua itu.

“Apakah kamu tidak menyesal memberikan seluruh hartamu yang berharga kepada orang miskin? Setidaknya kamu harus menyimpan harta yang sudah kau dapatkan dengan susah payah untuk keturunanmu. Kalau tidak, kamu tidak akan memiliki apa pun untuk dirimu sendiri,” penghuni surga tersebut mulai membujuk orang tua itu.

Si orang tua tersenyum, “Tuhan menciptakan kita semua untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain. Akan lebih baik jika saya mendermakan kekayaan saya kepada orang lain daripada hanya menyimpannya untuk keluarga saya.”

Penghuni surga masih berusaha memperdayainya, “Setahu saya, seseorang yang berbuat kebajikan akan dihukum ke neraka.”

Mendengar itu, si orang tua itu merasa bingung dan heran kenapa orang yang melakukan perbuatan baik justru dimasukkan ke neraka. Penghuni surga lalu menunjukkan kepada orang tua tersebut pemandangan neraka. “Lihatlah! Orang-orang ini menderita di neraka karena mereka terbiasa melakukan perbuatan baik sewaktu mereka hidup. Jika kamu tidak percaya padaku, kamu dapat bertanya sendiri pada mereka.”

Orang tua itu kemudian berjalan menghampiri seorang laki-laki yang sedang menderita di neraka dan bertanya kepadanya, “Kenapa kamu berada di sini?” Laki-laki yang sudah bersekongkol dengan penghuni surga itu menjawab, “Seperti yang telah dikatakan penghuni surga kepadamu, saya terbiasa memberikan apa yang saya miliki untuk membantu sesama dan sekarang saya berada di sini.”

“Di mana orang yang kamu bantu?” orang tua itu bertanya.

“Mereka ada di surga,” laki-laki tersebut menjawab.

Lalu orang tua tersebut dengan riang berkata, “Harapanku adalah memberi kebahagiaan bagi setiap orang. Jika mereka yang menerima bantuanku masuk ke surga, tidak apa-apa jika saya yang justru masuk ke neraka.”

Orang tua itu mengatakan hal tersebut dengan ketulusan yang luar biasa hingga penghuni surga terharu dan menjadi malu. Dalam sekejap, hilanglah pemandangan neraka tersebut. Penghuni surga kembali berubah menjadi bentuk aslinya dan berkata kepada orang tua itu, “Semua yang saya katakan kepadamu adalah bohong. Itu semua dipengaruhi oleh rasa iri hati. Saya ingin memperdayaimu agar menghentikan tekadmu untuk membantu sesama. Sesungguhnya, mereka yang melakukan perbuatan baik pasti diberkati oleh Tuhan. Karena kamu bersedia mengorbankan kebahagiaanmu untuk membantu orang lain yang sedang menderita, kamu bukan saja diberkati oleh Tuhan, bahkan kamu akan mendapat kehidupan yang lebih baik.”

Perjalanan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik sangatlah panjang. Sepanjang perjalanan tersebut, orang mungkin akan menghormati dan menghargai kita, tapi di lain waktu mungkin mereka akan menghina dan menjatuhkan kita. Kita harus terus menghadapi semua kesulitan dengan sungguh-sungguh dan tekun. Jika tidak, kita akan mudah mengingkari tekad dan menyimpang dari jalan pengembangan spiritual.

Tunggulah sampai wajah tidak berdosa, hati yang tulus dimana pertama kali janjimu dibuat. Hal yang utama dalam pengembangan spiritual adalah menjaga dirimu dari hambatan yang disebabkan oleh permasalahan dunia dan manusia. Pengembangan yang benar terletak pada pemeliharaan kesetiaan seseorang, dan sifat yang tidak bercela. Janganlah sombong ketika orang memujimu atau sebaliknya bersembunyi ketika orang lain mengkritikmu.

Jangan Sombong

Pada suatu sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya, “Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?” “Tidak.” jawab nelayan itu singkat. Cendekiawan melanjutkan, “Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT peluang kehidupan Bapak.” Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.

“Apa bapak pernah belajar sejarah filsafat?” tanya cendikiawan. “Belum pernah.” jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Cendekiawan melanjutkan, “Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT lagi peluang kehidupan Bapak.” Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk membisu.

“Apa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?” tanya cendikiawan. “Tidak bisa.” jawab nelayan itu singkat. “Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan TIGA PEREMPAT peluang kehidupan Bapak.”

Tiba-tiba angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang nelayan bertanya kepada cendekiawan, “Apa bapak pernah belajar berenang?” Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab, “Tidak pernah.” Nelayan pun memberi komentar dengan percaya diri, “Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan SEMUA peluang hidup bapak.”

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas:
• Jangan meninggikan diri lebih hebat dari orang lain
• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan
• Kita semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain

Believe In God

Once there was a man who asked God for a flower and a butterfly. But instead God gave him a cactus and a carterpillar. The man was sad. He didn’t understand why his request was mistaken. Then he thought: Oh well, God has too many people to care for. And he decided not to question. After some time, the man went to check up on his request that he had left forgotten. To his surprise, from the thorny and ugly cactus, a beautiful flower had grown. And the unsightly carterpillar had been transformed into the most beautiful butterfly.

God always does things right! His way is ALWAYS the best way, even if to us it seems all wrong. If you asked God for one thing and received another, TRUST. You can be sure that He will always give you what you need at the appropriate time.

What you want is not always what you need! God never fails to grant our petitions. So keep on going for Him without doubting or murmuring. Today’s thorn is tomorrow’s flower!

God gives the very best to those who leaves the choices up to Him!

God Bless You…

Berdoalah

Apakah doa dapat mengubah suatu keadaan secara tiba-tiba?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubah caramu memandang situasi tersebut!

Apakah doa mengubah kondisi keuanganmu di masa depan?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubah kepada siapa engkau berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari!

Apakah doa mengubah hati yang hancur atau tubuh yang rusak?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubah sumber kekuatan dan sumber penghiburanmu!

Apakah doa mengubah apa yang kau butuhkan dan inginkan?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubah kebutuhanmu menjadi sesuai dengan keinginan TUHAN!

Apakah doa mengubah caramu melihat dunia?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubah dengan mata siapa kau akan melihat dunia!

Apakah doa mengubah penyesalanmu di masa lalu?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubah harapanmu di masa depan!

Apakah doa mengubah orang-orang di sekitarmu?
Tidak, tidak selalu, tapi doa akan mengubahmu. Masalah tidak selalu terletak dalam diri orang-orang di sekitarmu!

Apakah doa mengubah hidupmu dengan cara yang tidak dapat kau jelaskan?
Oh, ya, selalu! Dan doa akan benar-benar mengubah seluruh dirimu!

Apakah doa sungguh mengubah segala sesuatu?
DOA sungguh mengubah segala sesuatu.

Jujur, kita diuji dengan banyak perubahan, janji yang tertunda, masalah-masalah yang mustahil, doa yang tidak terjawab, kritik yang tak layak kita terima, dan bahkan tragedi yang tak masuk akal, tapi tetaplah percaya kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

Hati Seorang Petani

Allah tertarik untuk menciptakan hati seorang petani. Seorang petani menyiapkan tanah, membajaknya, dan menanaminya, mengawasi dengan seksama, dan mencari cara untuk melindungi apa yang telah ia tanam, tetapi ia menaruh percaya penuh kepada Allah akan hasil panen yang berlimpah pada waktunya.

Apabila ia tidak melihat hasil yang memuaskan pada waktu yang diharapkannya, ia tahu bahwa pada musimnya, hasil yang memuaskan akan ia terima. Apabila ia menggigil kedinginan, diguyur hujan, diterjang badai dan kekeringan, ia terus saja bertani, karena ia memiliki hati seorang petani. Banyak orang membicarakan mengenai janji “hasil berlipat ganda sampai seratus kali lipat”. Kebenarannya adalah, tidak setiap petani menerima hasil berlipat ganda seperti itu.

Seringkali kita mengalami cobaan, ujian, dan kesukaran yang nyaris membuat kita putus asa, sementara kita tetap meneruskan untuk setia kepada Tuhan. Tetapi, kita juga harus memahami bahwa semua yang kita miliki adalah milik Allah dan kita hanyalah pengurus-pengurusnya. Sepasti pengharapan seorang petani akan datangnya masa panen dan ia yakin bahwa masa itu akan tiba pada waktunya, demikianlah juga pengharapan itu adalah penting. Tetapi fokusnya tidak terletak pada hal itu. Seharusnya kita tidak memikirkan diri sendiri, tetapi justru memahami nilai dari memberi dan berbagi supaya kita hidup seperti sungai.

“Kita harus merasa seperti sungai. Betapa pun besarnya yang kita berikan, kita tidak pernah kekurangan; betapa pun besarnya yang kita terima, kita tidak pernah kelebihan.” Apa yang kita terima, kita salurkan menjadi alat bagi Allah. Dengan demikian kita dapat senantiasa menyalurkan apa yang Tuhan berikan bagi kita, menjadi alat dan ungkapan kasih Allah kepada sesama kita.

“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6: 38)

10 Sikap Hidup Bahagia

10 Sikap Hidup Bahagia:

  1. Lepaskanlah Rasa Kuatir dan Ketakutan
    Ketakutan dan kekuatiran hanyalah imajinasi pikiran akan suatu kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi. Kebanyakan hal-hal yang Anda kuatirkan dan takutkan tak pernah terjadi! It’s all only in your mind.
  2. Buanglah Dendam
    Dendam dan amarah yang disimpan hanya akan menyedot energi diri Anda dan hanya mendatangkan KELELAHAN JIWA. BUANGLAH!!!
  3. Berhentilah Mengeluh
    Mengeluh berarti selalu tak menerima apa yang ada saat ini, secara tak sadar Anda membawa-bawa beban negatif.
  4. Bila Ada Masalah, Selesaikan Satu Per Satu
    Hanya inilah cara menangani setiap persoalan satu demi satu.
  5. Tidurlah Dengan Nyenyak
    Semua masalah tak perlu dibawa tidur. Hal tersebut buruk dan tak sehat, biasakanlah tidur dengan nyaman.
  6. Jauhi Urusan Orang Lain
    Biarkan masalah orang lain menjadi urusan mereka sendiri. Mereka memiliki cara sendiri untuk menangani setiap masalahnya.
  7. Hiduplah Pada Saat ini, Bukan Masa Lalu
    Nikmati masa lalu sebagai kenangan. Jangan tergantung padanya. Konsentrasilah hidupmu pada kejadian saat ini, karena apa yang Anda miliki adalah saat ini, bukan kemarin, bukan besok. “Be totally present”.
  8. Jadilah Pendengar Yang Baik
    Saat menjadi pendengar, Anda belajar dan mendapatkan ide-ide baru berbeda dari orang lain.
  9. Berpikirlah Positif
    Rasa frustasi datang dari pikiran negatif. Kembalilah berpikir positif. Bertemanlah dengan orang-orang yang berpikiran positif dan terlibatlah dengan kegiatan-kegiatan positif.
  10. Bersyukurlah
    Bersyukurlah atas hal-hal kecil yang akan membawa Anda pada hal-hal besar. Sekecil apapun karunia yang Anda terima, akan menghasilkan hal-hal besar dan selalu membawa Anda kepada kebahagiaan saat Anda bersyukur.

Mengeluh

SETIAP ORANG PUNYA CERITA DUKA

Hidup selalu terbungkus oleh banyak lapisan. Kita hanya melihat lapisan luar, dan tidak tahu isi dalamnya.

Kita hanya melihat wah pengusaha itu hebat, rumahnya besar, mobilnya mewah, hidupnya bahagia sekali, padahal ia lagi stres dan hidupnya penuh hutang, kerja keras hanya buat bayar bunga pinjaman, semua asetnya sudah jadi milik bank.

Wah pasangan anggun yang hadir di acara reuni itu begitu serasi dan mempesona, mereka pasti hidup harmonis dan bahagia. Padahal hidup mereka penuh dengan kebencian, saling menuduh, menghianati dan menyakiti, bahkan sudah dalam proses perceraian dan bagi harta.

Lihat pemuda itu, lulusan Harvard dengan nilai cumlaude, pasti mudah dapat kerja, gaji besar, hidupnya pasti bahagia. Padahal dia kena PHK sudah 10 kali, jadi korban fitnah di lingkungan kerjanya. Sudah 2 bulan belum dapat job baru.

Wah Ibu muda itu, selalu ke pub dan diskotik, dia punya banyak waktu, tidak perlu pusingin kerjaan rumah, hidupnya enjoy banget, dia pasti bahagia. Padahal batinnya hampa dan kesepian, jiwanya merintih. Suaminya tak pernah menghargai dan mengasihinya.

Lihat tetangga kita anaknya sudah besar-besar semua, bapak ibunya sudah boleh santai dan tenang, mereka pasti bahagia, namun kenyataannya orang tua mereka tak pernah bisa tidur nyenyak, anak-anaknya tak berbakti, suka judi dan narkoba.

Kita selalu tertipu oleh keindahan di luar dan tidak tahu realita yang di dalam.

Sesungguhnya semua keluarga punya masalah. Semua orang punya cerita duka. Begitulah hakekat hidup.

Jangan mengeluh karena masalah. Hayatilah makna di balik semua masalah, maka semua masalah akan membuat hidup menjadi bermakna.