Archive for December, 2011

Melihat Terang

Seorang Guru Budha bertanya kepada murid-muridnya, “Kapan anda tahu bahwa kegelapan itu hilang dan berubah menjadi terang?”

Seorang murid, setelah membungkuk memberikan rasa hormat kepada sang guru, menjawab, “Saya tahu bahwa kegelapan itu berubah menjadi terang ketika saya perlahan-lahan mampu melihat suatu benda di kejauhan, dan saya tahu pasti bahwa itu adalah seekor binatang.” Sang Guru menggelengkan kepala.

Seorang murid lain bangkit berdiri memberikan jawaban, “Saya tahu bahwa kegelapan itu berubah menjadi terang ketika di kejauhan saya perlahan-lahan mampu melihat suatu benda dan saya tahu bahwa itu adalah sebatang pohon. Lebih dari itu, saya mampu melihat buah di atas pohon tersebut, dan dari buahnya saya bisa tahu secara pasti nama pohon tersebut.” Sang Guru memperhatikan muridnya tersebut lalu menggelengkan kepala.

Setelah hening beberapa saat, sang Guru berkata, “Apabila anda mampu melihat ke dalam mata seseorang dengan penuh rasa belas kasih, dan dari pancaran mata itu anda mampu mengenal bahwa ia adalah saudaramu, bahwa ia adalah saudarimu, saat itulah anda telah berada dalam terang.”

Semua Kebagian

Beberapa tahun lalu, nenek saya menceritakan sebuah kisah tentang masa lalunya yang selalu saya ingat ketika hendak memberikan hadiah, terutama saat Natal. Saya ingat duduk di pangkuannya saat mata kecil dan gelap Sue Belle Johnson, nenek saya, menjelaskan betapa tak lama setelah pergantian abad, di tempat-tempat yang jauh dan terpencil di seluruh Amerika Serikat dan segala penjuru dunia, para misionaris dan keluarganya harus bekerja keras, terpisah dari keluarga, dan terisolasi dalam usaha mereka memberitakan Injil kepada orang-orang yang mungkin sebagian besar dari kita tidak akan pernah tahu atau lihat.

Mungkin perasaan terisolasi dan kesendirian mereka akan lebih terasa lagi saat Natal tiba. Untuk mengingat mereka pada hari Natal, tradisi pada masa itu adalah gereja-gereja mengirimkan apa yang disebut sebagai “kotak misionaris” kepada para misionaris di daerah-daerah terpencil.

Para misionaris dan istri beserta keluarga mereka akan membuat daftar hal-hal yang mereka inginkan untuk Natal. Bisa berupa pakaian, mainan, mungkin buku-buku atau perlengkapan rumah, atau apa saja yang benar-benar mereka butuhkan, tetapi tidak mampu mereka beli atau memang tidak dapat ditemukan. Daftar tersebut juga memuat usia setiap anak dan ukuran pakaian mereka.

Setelah selesai, daftar tersebut dikirim ke organisasi misionaris yang mensponsori mereka. Kemudian organisasi tersebut akan mengirimkan daftar tersebut ke sebuah gereja di mana jemaatnya kemudian akan berusaha untuk memenuhi daftar permintaan tersebut.

Gereja nenek saya yang ada di Hattiesburg, Mississippi, adalah salah satu gereja yang menerima daftar natal semacam itu. Suatu kali, daftar tersebut datang dari sebuah keluarga misionaris yang tinggal di daerah yang saat itu disebut Teritori Indian (daerah tempat tinggal orang Indian). Banyak perempuan yang tergabung dalam kaum ibu di gereja nenek yang memandang tugas untuk memilih sebuah barang dan membelikannya atau menyumbang uang, sebagai tugas kudus.

Pada hari yang ditentukan, semua barang yang diminta dibawa ke gereja, dan para ibu itu pun mulai memeriksa barang yang ada untuk dibandingkan dengan daftar, kemudian membungkus barang-barang tersebut dan memasukkan semuanya ke dalam sebuah kotak kayu yang besar. Kotak tersebut nantinya akan dikirimkan agar tiba di rumah sang misionaris, tepat saat Natal.

Tetapi, tidak semua orang di gereja nenek ikut bekerja sama. Sementara para kaum ibu menyiapkan kotak sang misionaris, salah seorang jemaat — seorang ibu yang dikenal kaya — masuk ke ruangan tersebut sambil membawa sebuah jas. “Saya membawakan jas bekas milik suami saya untuk diberikan kepada kalian,” ujarnya santai. “Saya akan membelikan jas yang baru untuk suami saya.”

Nenek gusar. Ia tidak berkata apa-apa, tetapi pikirannya terus berkecamuk. Mereka semua telah berusaha keras untuk memenuhi daftar tersebut, bahkan sebagian dari mereka telah berkorban. Tetapi, ibu ini malah datang dengan segala kesombongannya. “Saya sangat kaya sehingga saya dapat membeli jas yang baru.”

Semakin nenek memikirkan kesombongan ibu tersebut, semakin gusarlah perasaannya. Ibu itu “membersihkan” dirinya dari sesuatu yang menurutnya sudah tidak berguna, pikir nenek. Sikap natal macam apa itu? Amarah nenek bangkit terhadap jas dan ibu tersebut.

Keluarga misionaris tersebut tidak memasukkan jas dalam daftar mereka, dan para ibu pun tidak berniat memasukkan jas tersebut ke dalam kotak. Tetapi, sekalipun semua barang yang diminta telah dimasukkan, masih ada ruang kosong dalam kotak tersebut.

“Yah,” ujar salah satu ibu, “Kita masukkan saja jas ini. Dengan demikian, semua barang akan tersusun rapi dan tidak terlempar ke sana kemari yang dapat membuatnya pecah.”

Jadi, mereka pun melipat jas tersebut, memasukkannya, dan menutup kotak. Kemudian mereka mengirimkan kotak tersebut kepada keluarga misionaris di Teritori Indian.

Beberapa minggu berlalu. Natal pun datang dan pergi. Kemudian, sebuah surat tiba di gereja. Itu adalah surat ucapan terima kasih dari keluarga misionaris yang ditulis oleh istri sang misionaris. “Teman-teman sekalian yang baik,” ia memulai surat tersebut, “Kami ingin berterima kasih atas kotak yang Anda kirim.”

Kemudian istri misionaris itu menceritakan bagaimana ia dan suami beserta ketiga anaknya datang ke stasiun kereta untuk mengambil kotak tersebut, membawanya pulang, dan meletakkannya dengan posisi berdiri di tengah ruang keluarga di pondokan mereka yang kecil, sambil menantikan Natal. Anak-anak begitu bersemangat sehingga mereka menari-nari mengelilingi kotak tersebut, penuh pengharapan.

Kemudian, sehari sebelum Natal, badai salju datang. Badai tersebut semakin besar, dengan salju yang begitu tebal dan angin yang sangat menakutkan sehingga di luar terlihat seperti lautan putih. Beberapa saat sebelum makan malam, dalam badai, tiba-tiba ada orang yang menggedor pintu depan. Dan, saat sang misionaris membuka pintu untuk melihat siapa yang menggedor pintu, nampaklah seorang pria tua beruban yang menggigil karena suhu yang dingin. Tubuhnya penuh salju.

“Saya tersesat,” ucap pria tersebut. “Dapatkah saya masuk sejenak?”

Sang misionaris pun menjawab, “Tentu saja. Masuklah!”

Setelah makan malam, sudah hampir tidak mungkin untuk menahan keinginan anak-anak membuka kotak tersebut. Tetapi, ibu mereka berhasil menidurkan mereka, menerangkan bahwa mereka harus menunggu lebih lama lagi, karena tidaklah sopan untuk membuka kotak, mengeluarkan semua hadiah, dan membagikannya selagi pria tua tersebut masih ada di rumah mereka. “Tidak ada hadiah untuknya,” ujar Ibu, “Kotak tersebut hanya berisi barang-barang yang kita minta. Kita harus menunggu sampai bapak itu pergi.”

Pagi harinya, Natal. Keluarga tersebut bangun dan menyadari bahwa badai belum mereda. Angin masih bertiup sama kencangnya dengan tadi malam. Ibu menyiapkan sarapan untuk setiap orang. Dan, setelah sarapan, mereka menanti-nanti badai berhenti agar pria tua tersebut dapat melanjutkan perjalanannya dan mereka pun dapat membuka kotak.

Hari telah siang, tetapi badai tak kunjung reda. Anak-anak sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Jadi, sang misionaris dan istrinya menerangkan kepada sang pria tua bahwa kotak tersebut telah disiapkan beberapa minggu sebelumnya dan berisi hadiah-hadiah natal yang hanya ditujukan bagi keluarga mereka. Sang misionaris dan istrinya meminta maaf sedalam-dalamnya. Dan, setelah sang pria tua berkata bahwa ia mengerti, sang misionaris pun membalik kotak tersebut dan mulai membuka bagian atasnya.

Keluarga tersebut pun mulai mengeluarkan satu persatu bingkisan-bingkisan yang mereka pinta sesuai daftar natal. Setiap bingkisan telah diberi tanda, jadi mereka tahu milik siapa bingkisan tersebut. Setiap orang sangat senang. Pakaian-pakaian, mainan, semua tepat sesuai permintaan setiap anggota keluarga. Semua sangat senang dan gembira, sementara sang pria tua hanya duduk dan memerhatikan.

Akhirnya mereka sampai ke bagian bawah kotak. Di situ, tepat di ujung paling bawah kotak, yang berada di paling atas saat para ibu menyiapkannya, terdapat sebuah barang yang tidak dikenali keluarga tersebut. Itu adalah barang yang tidak mereka minta. Ketika sang misionaris memasukkan tangannya dan mengeluarkan barang tersebut, ia tahu bahwa itu adalah sebuah jas pria. Ia mengangkatnya. Sepertinya ukuran jas tersebut cocok untuk sang pria tua. “Cobalah!” Sang pria tua mengambil jas tersebut dan mengenakannya. Ukurannya sangat tepat. “Jas ini pasti memang untuk Anda,” ujar sang misionaris sambil tersenyum.

“Bagaimana Anda semua bisa tahu?” sang istri misionaris mengakhiri suratnya, “Bahwa kami akan memerlukan sebuah jas pria untuk Natal? Terima kasih banyak!”

Pada saat nenek selesai membaca surat tersebut, ia berkata dirinya hampir pingsan dalam kekaguman. Jas terbuang yang memerlukan pemilik baru telah menemukannya. Seorang pria tua yang memerlukan jas penghangat telah memerolehnya. Sebuah keluarga yang telah menerima seseorang yang tersesat dan membutuhkan hadiah khusus telah disediakan. Semua itu terlalu dahsyat. Tuhan telah mewujudkan sebuah mukjizat melalui sebuah hadiah yang nenek kira tidak berharga.

Setelah usai bercerita, nenek menggenggam tangan saya dan berkata, “Hari itu nenek belajar bahwa nenek telah salah, dan nenek tidak boleh meremehkan sebuah hadiah yang dapat digunakan Tuhan.”

Saat Natal kembali menjelang, saya mengingat kembali kisah nenek. Saat saya memilih hadiah-hadiah untuk diberikan pada Natal kali ini, saya berharap bahwa hadiah-hadiah tersebut akan membuat para penerimanya bahagia dan saya bangga memberikannya. Tetapi, lebih dari semua itu, saya berdoa agar apa pun hadiah tersebut, bagi siapa pun hadiah tersebut, ia akan benar-benar menjadi hadiah yang dapat dipakai oleh Tuhan.

Boneka Untuk Adikku

Ini adalah kisah nyata…

Hari terakhir sebelum Natal, aku terburu-buru ke supermarket untuk membeli hadiah-hadiah yang semula tidak direncanakan untuk dibeli. Ketika melihat orang banyak, aku mulai mengeluh: “Ini akan makan waktu selamanya, sedang masih banyak tempat yang harus kutuju. Natal benar-benar semakin menjengkelkan dari tahun ke tahun. Kuharap aku bisa berbaring, tidur, dan hanya terjaga setelahnya.” Walau demikian, aku tetap berjalan menuju bagian mainan, dan di sana aku mulai mengutuki harga-harga, berpikir apakah sesudahnya semua anak akan sungguh-sungguh bermain dengan mainan yang mahal.

Saat sedang mencari-cari, aku melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun, memeluk sebuah boneka. Ia terus membelai rambut boneka itu dan terlihat sangat sedih. Aku bertanya-tanya untuk siapa boneka itu? Anak itu mendekati seorang perempuan tua di dekatnya, “Nenek, apakah engkau yakin aku tidak punya cukup uang?”

Perempuan tua itu menjawab, “Kau tahu bahwa kau tidak punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sayang.” Kemudian Perempuan itu meminta anak itu menunggu di sana sekitar 5 menit, sementara ia berkeliling ke tempat lain. Perempuan itu pergi dengan cepat. Anak laki-laki itu masih menggenggam boneka itu di tangannya.

Akhirnya, aku mendekati anak itu dan bertanya kepada siapa dia ingin memberikan boneka itu. “Ini adalah boneka yang paling disayangi adik perempuanku dan dia sangat menginginkannya pada Natal ini. Ia yakin Santa Claus akan membawa boneka ini untuknya.” Aku menjawab mungkin Santa Claus akan membawa boneka untuk adiknya, dan supaya ia jangan khawatir. Tapi anak laki-laki itu menjawab dengan sedih, “Tidak, Santa Claus tidak dapat membawa boneka ini ke tempat dimana adikku berada saat ini. Aku harus memberikan boneka ini kepada mama, sehingga mama dapat memberikan kepadanya ketika mama sampai di sana.” Mata anak laki-laki itu begitu sedih ketika mengatakan ini. “Adikku sudah pergi kepada Tuhan. Papa berkata bahwa mama juga segera pergi menghadap Tuhan, maka kukira mama dapat membawa boneka ini untuk diberikan kepada adikku.” Jantungku seakan terhenti.

Anak laki-laki itu memandangku dan berkata, “Aku minta papa untuk memberitahu mama agar tidak pergi dulu. Aku meminta papa untuk menunggu hingga aku pulang dari supermarket.” Kemudian ia menunjukkan fotonya yang sedang tertawa. Kemudian ia berkata, “Aku juga ingin mama membawa foto ini supaya tidak lupa padaku. Aku cinta mama dan kuharap ia tidak meninggalkan aku, tapi papa berkata mama harus pergi bersama adikku.” Kemudian ia memandang dengan sedih ke boneka itu dengan diam.

Aku meraih dompetku dengan cepat dan mengambil beberapa catatan dan berkata kepada anak itu, “Bagaimana jika kita periksa lagi, kalau-kalau uangmu cukup?” “Ok,” katanya. “Kuharap punyaku cukup.” Kutambahkan uangku pada uangnya tanpa setahunya dan kami mulai menghitung. Ternyata cukup untuk boneka itu, dan malah sisa. Anak itu berseru, “Terima Kasih Tuhan karena memberiku cukup uang.” Kemudian ia memandangku dan menambahkan, “Kemarin sebelum tidur aku memohon kepada Tuhan untuk memastikan bahwa aku memiliki cukup uang untuk membeli boneka ini sehingga mama bisa memberikannya kepada adikku. Dia mendengarkan aku. Aku juga ingin uangku cukup untuk membeli mawar putih buat mama, tapi aku tidak berani memohon terlalu banyak kepada Tuhan. Tapi Dia memberiku cukup untuk membeli boneka dan mawar putih. Kau tahu, mamaku suka mawar putih.”

Beberapa menit kemudian, neneknya kembali dan aku berlalu dengan keretaku. Kuselesaikan belanjaku dengan suasana hati yang sepenuhnya berbeda dari saat memulainya. Aku tidak dapat menghapus anak itu dari pikiranku. Kemudian aku ingat artikel di koran lokal 2 hari yang lalu, yang menyatakan seorang pria mengendarai truk dalam kondisi mabuk dan menghantam sebuah mobil yang berisi seorang wanita muda dan seorang gadis kecil. Gadis kecil itu meninggal seketika, dan ibunya dalam kondisi kritis. Keluarganya harus memutuskan apakah harus mencabut alat penunjang kehidupan, karena wanita itu tidak akan mampu keluar dari kondisi koma. Apakah mereka keluarga dari anak laki-laki ini?

2 hari setelah pertemuan dengan anak kecil itu, kubaca di koran bahwa wanita muda itu meninggal dunia. Aku tak dapat menghentikan diriku dan pergi membeli seikat mawar putih dan kemudian pergi ke rumah duka tempat jenasah dari wanita muda itu diperlihatkan kepada orang-orang untuk memberikan penghormatan terakhir sebelum penguburan. Wanita itu di sana, dalam peti matinya, menggenggam setangkai mawar putih yang cantik dengan foto anak laki-laki dan boneka itu ditempatkan di atas dadanya. Kutinggalkan tempat itu dengan menangis, merasa hidupku telah berubah selamanya. Cinta yang dimiliki anak laki-laki itu kepada ibu dan adiknya, sampai saat ini masih sulit untuk dibayangkan. Dalam sekejap mata, seorang pria mabuk mengambil semuanya dari anak itu.

Ibu

Mungkin Ia tak secantik dan seanggun putri di catwalk…
Mungkin pula tidak segesit dan sepintar perempuan modern masa kini…
Kulitnya pun mungkin tak sehalus bintang iklan yang berseri…
Cara bertuturnya tak sepiawai petinggi-petinggi negeri ini…
Tapi bagi kita,
Ia perempuan paling hebat dalam hidup kita,
Perempuan paling sabar sekaligus paling kuat di mata kita,
Belaian tangannya selalu berhasil meredam gundah kita,
Tuturnya yang sederhana membangkitkan semangat kita.

Mungkin saja,
Kita menyangka ia tak sayang karena sering marah-marah pada kita,
Kita mengira ia tak sayang karena tak selalu menuruti permintaan kita,
Kita menduga ia tak peduli karena membebaskan beberapa pilihan dalam hidup kita,
Kita merasa ia tak cinta karena tak pernah mengucapkannya…

Namun ketahuilah,
‘Marah’nya Ibu kita adalah pagar yang membatasi kita dengan mala dan petaka,
‘Pelit’nya Ibu kita adalah pelajaran untuk menghargai segala sesuatu,
Ke’tidakpeduli’annya adalah sikap demokratis untuk mengajari kita bertanggung jawab,
Tatapan kasihnya ternyata lebih bermakna cinta daripada sekedar kata…

Ketika senang, kita berpesta merayakannya bersama teman…
Namun ketika sedih, ternyata masih pula kita mencari pelukan Ibu kita..,
Seringkali kita memposisikan Ibu seperti obat “betadine” saja, diperlukan ketika kita terluka.

Mungkin kita sempat berpikir…
Ketika kita jauh, tentulah Ibu kita senang terbebas dari segala kenakalan kita,
Namun ketahuilah, betapa picik pikiran kita!
Karena ternyata seorang Ibu tak bisa berhenti memikirkan anak-anaknya meskipun kita sudah beranjak dewasa, bahkan menua…

Mungkin ketika kita terlelap, masih ada mata keriput Ibu menitikkan air mata dan berdoa memohon kesehatan anak-anaknya…
Ketika kita disibukkan bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup, doa perempuan yang kita sebut Ibu selalu menjaga kita…
Ya, Kasih Ibu, Cinta yang tak bersyarat sama sekali.

Terima kasih Tuhan, telah Kau kirimkan untuk kami seorang Ibu…

Teriring Salam Kasih dan Hormat mendalam bagi seluruh Ibu, Mami, Bunda, dan beragam sebutan lainnya untuk sosok Ibu…

TERIMA KASIH… Tuhan Memberkatimu, Ibu… Amin.

Hadiah Untuk Ibu

Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kado di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari Ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya di kampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan di kota besar ini.

Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata, gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air matanya hendak meleleh, seperti akan menangis.

Setelah cerita-cerita lalu dilantunkan, pria itu lalu bertanya, “Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?”

“Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu aku,” gadis cantik itu melanjutkan, “Seumur hidup, aku belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu.”

“Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus, kok.” cerita pria tersebut sambil turut mengamati salah satu karangan bunga.

“Uang aku tidak cukup.”

“Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya.” Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.

Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.

Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.

Setelah memarkir mobil, pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya. Ibu itu dulu meninggal saat melahirkan gadis itu.

Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.

Siang itu juga, pemuda sukses itu langsung memacu mobilnya, pulang ke kampungnya untuk melihat wajah ibu yang dia rindukan selama ini, untuk bersujud di bawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya.

Selamat Hari Ibu.

Don’t Give Up!

Tahun 1992, seorang pemuda di favoritkan untuk menjadi pemenang perlombaan lari 400 meter pada Olimpiade Barcelona. Namun, ketika perlombaan berlangsung, 250 meter sebelum garis finish, segala harapannya harus pupus karena otot hamstringnya robek dan dengan rasa nyeri yang luar biasa.

Ini adalah cerita dari Derek Redmond. Setelah terpaksa harus mundur pada Olimpiade tahun 1988 karena cedera, Redmond muncul untuk Olimpiade 1992 di Barcelona dan bertekad untuk memenangkan medali.

Ayahnya berpergian dengannya ke Barcelona, sama seperti yang dia lakukan untuk semua kompetisi utama anaknya. Mereka adalah partner yang hebat dan ketika Derek berlari, seolah-olah ayahnya selalu berada di sisinya. Ini adalah waktunya, saatnya, untuk menunjukkan kepada dunia betapa berbakatnya dia sebenarnya.

Karirnya tampak menjanjikan ketika pada usia 19, Ia memecahkan rekor 400m Eropa dengan 44.50 detik. Tampaknya seolah-olah tidak ada yang dapat mengalahkannya. Setelah diganggu oleh beberapa cedera serius, Derek Redmond sekarang menemukan dirinya dalam posisi yang dia impikan sepanjang hidupnya.

Redmond telah berhasil mencapai semifinal untuk balapan 400m Olimpiade 1992 di Barcelona. Dia tahu bahwa orang akan mengingatnya setelah Olimpiade, tetapi tidak untuk alasan yang akan terjadi.

Stadion ini sangat penuh, 65.000 penggemar berteriak dan bersorak. Derek Redmond selalu mengatakan kepada dirinya sendiri, “Tidak peduli seberapa buruk perlombaan ini, selalu menyelesaikan,” dan saat Ia melangkah ke bloknya, Ia selalu ingat hal itu.

Pistol meledak dan Redmond dengan cepat menunjukkan mengapa Ia adalah salah satu favorit untuk memenangkan medali saat ia mendahului lawannya dengan segera. Berlari di backstretch itu, Redmond bersikap serelax mungkin dan terlihat sepertinya akan sangat mudah dalam perjalanan ke final.

Dengan tersisa 175 meter dalam perlombaan, terdengar suara di stadion yang tidak pernah ingin didengar saat perlombaan sedang berlari – pop. Dia segera menarik kaki dan terlihat rasa nyeri di seluruh wajahnya.

Derek Redmond telah robek hamstring di semifinal Olimpiade. Dia mulai melompat-lompat dengan satu kaki saat ia ingin mengikuti moto pribadinya dan menyelesaikan lomba, tapi tak lama kemudian Ia jatuh ke tanah dalam rasa sakit yang menyiksa.

Tenaga medis bergegas membantu saat Ia terbaring meraih hamstring-nya. Air mata mengalir di wajahnya saat Ia telah menyadari bahwa peluangnya untuk memenangkan medali di Olimpiade telah hilang lagi.

Ini adalah saat yang akan hidup selamanya, tidak hanya olahraga lari, tetapi di benak jutaan orang yang menyaksikannya juga. Redmond perlahan-lahan berdiri dan mulai terpincang-pincang di trek. Semua orang mengira pemuda itu hanya akan keluar jalur karena semua pembalap lain sudah selesai, tapi semua orang segera menyadari bahwa Ia tidak putus dari lomba, dia akan menyelesaikannya.

Dengan satu kaki terpincang-pincang di trek, sendirian, Derek Redmond menunjukkan berapa besar hatinya yang Ia miliki dengan memberikan semua kemampuannya untuk melanjutkan perlombaan.

Orang-orang mulai bersorak ketika Redmond terus dengan pincang melompat di trek dengan wajah penuh rasa sakit dan air mata. Dengan 120 meter tersisa, seorang tokoh yang tak terduga datang ke dalam perlombaan, Ayah Derek, Jim, telah hadir berada di sisi putranya di trek.

Bersama-sama, dengan 65.000 orang bersorak, Derek dan ayahnya pergi ke garis finish dan menyelesaikan perlombaan, seperti Derek bersumpah bahwa dia akan selalu menyelesaikannya.

Beberapa langkah sebelum garis finish, ayahnya menarik diri dan membiarkan anaknya menyeberangi garis finis oleh dirinya sendiri.

Derek resmi didiskualifikasi dari perlombaan dan catatan menyatakan bahwa Ia ‘tidak selesai’, tapi setiap orang di sana tidak setuju dan berpendapat bahwa tidak hanya dia menyelesaikan perlombaan, tetapi dia melakukannya secara heroik.

Bagaimana dengan Anda?

Ujian-ujian kehidupan terkadang membuat kita penuh dengan air mata dan sakit. Namun, apakah kita berani menghadapinya atau kita berhenti begitu saja?

“Test sebuah kesuksesan bukanlah apa yang Anda lakukan saat Anda di atas; kesuksesan dilihat dari seberapa tinggi Anda melompat ketika Anda berada di bawah.”

Mari hadapi setiap rintangan kehidupan dengan penuh keberanian dan katakan “Saya Bisa Mencapai Garis Finish!”

I Love You Forever

Kalimat “I love you” adalah kalimat yang sangat universal, singkat tapi memiliki power yang sangat kuat. Hanya dengan mengucapkan kalimat ini, kita bisa membuat hati dari pasangan kita bergetar dan tiba-tiba ada perasaan yang sulit dilukiskan oleh ribuan kata-kata sekalipun memenuhi seluruh hatinya. Ketika orang tua berkata, “I love you” atau “Aku sayang kamu, nak”, hal yang sama juga terjadi kepada mereka. Hati mereka mendapatkan ketentraman dan perlindungan yang sulit dilukiskan oleh pujangga hebat sekalipun.

Jadi, kalimat “I love you” adalah seperti tetesan air segar di musim kering, seperti harum bunga mawar di tengah kesesakan, seperti terang bulan purnama di tengah kegelapan. Semua orang rindu untuk mendapatkan hal ini.

Suami istri, apalagi yang baru menikah pasti mendengar dan mendapatkan kalimat ini hampir setiap saat. Orang tua yang baru mendapatkan bayi juga pasti membisikkan kalimat ini di telinga sang bayi berkali-kali sambil mencium gemas sang buah hati. Kalimat “I love you” sanggup membawa suasana kebahagiaan bagi segala usia.

Namun, pada saat rumah tangga mulai dihadang badai, perahu rumah tangga terombang-ambing di tengah samudera masalah, adakah kalimat “I love you” sesekali terdengar? Ketika sang buah hati mulai pandai membantah, sang bayi yang dulu menggemaskan telah tumbuh menjadi anak yang lihai dalam melawan orang tua, pandai berbohong, juara dalam menjadi anak yang malas, serta menghindar dari pekerjaan yang ditugaskan, adakah kalimat “I love you” ini tetap memiliki power? Rasanya kalimat ini tiba-tiba hilang begitu saja seperti melarikan diri dari rumah tangga!!! Hilang tanpa meninggalkan jejaknya.

Untuk itu, alangkah baiknya jika setiap orang menambahkan satu kata lagi di belakang kalimat yang powerful ini menjadi “I LOVE YOU FOREVER”!!! Karena kata FOREVER berarti selamanya kita akan mencintai orang tersebut. Selamanya sang suami akan mencintai istrinya sekalipun ada gunung masalah yang harus dilaluinya. Selamanya sang istri akan mencintai suaminya, sekalipun harus melewati lembah kekelaman yang sangat dalam. Selamanya orang tua akan mengasihi anak-anaknya sekalipun sang anak rasanya tidak tahu lagi cara berterima kasih kepada orang tuanya.

Kiranya kalimat “I LOVE YOU FOREVER” ini mampu membantu bahtera-bahtera keluarga yang sedang berjuang keras di tengah-tengah hantaman gelombang masalah dan tiupan angin badai yang sangat kencang. Sekalipun di tengah gelora masalah ucapan ini hilang terbawa badai, tetapi kalimat ini telah diukir dalam hati setiap kita oleh tangan Tuhan yang penuh kasih… I LOVE YOU FOREVER!!!

Menghindari Hujan

Masa berkesusahan, menderita, kesulitan dalam kehidupan dapat menimpa siapa saja. Masa-masa itu tidak mengenal musim. Tidak pula mengenal dan memilih-milih siapa yang akan dikunjunginya. Baik si kaya maupun si miskin atau yang pas-pasan dapat terjangkit masa-masa sulit. Mereka dapat datang kapan pun mereka mau. Bahkan hampir selalu mereka datang tanpa kompromi atau undangan khusus. Mereka datang seperti pencuri yang mencuri kebahagiaan kita di kala kita terlena.

Suatu kali ada seorang pengendara motor melintas di sebuah jalan raya yang relatif sepi. Kala itu memang mendung menggelayut tebal di kaki langit. Pemuda itu berpakaian rapi. Kelihatannya ia dalam perjalanan seusai menghadiri satu acara. Tiba-tiba pengendara itu menarik gas dan memacu sepeda motornya dengan kencang.

Usut punya usut, ternyata kala itu gerimis mulai turun. Tak jauh di belakangnya, sebuah dinding putih berkabut tampak bergerak. Dinding itu terbentuk dari garis hujan deras. Gerimis adalah kepala hujan yang mencari jalan untuk dibasahi dengan airnya.

Sekencang-kencangnya motor itu dipacu, tetap saja laju gerimis dapat mendahuluinya. Terlihat jalanan yang akan dilalui pemuda itu mulai terbasahi oleh titik-titik air hujan. Pemuda itu seakan tak peduli. Motornya meraung keras. Lajunya pun makin kencang. Di ujung jalan, akhirnya dinding hujan itu sudah berhasil menyusul pemuda bersepeda motor tadi. Masih tampak, bagaimana pakaian parlente itu berwarna makin gelap. Tanda si pemakainya sudah basah kuyup.

Tanpa disadari, kadang kita pun berperilaku seperti pemuda berpakaian parlente tadi. Kita ingin melarikan dari kejaran air hujan yang mulai turun. Kita lalu memacu sepeda motor sekencang-kencangnya demi menyelamatkan diri dari air hujan yang akan mengguyur tubuh kita. Namun sekencang apapun kita menjauh dari hujan, kalau kita tidak berteduh atau memakai jas hujan, toh badan kita akan terguyur hujan pula.

Kiasan itu menggambarkan sikap kita saat menghadapi masa-masa sulit dan berkesusahan. Tak seorang pun berharap mendapat kesusahan. Tak seorang pun yang normal berani dengan tegar menantang masa kesusahan itu. Bahkan banyak orang berdoa agar selalu dijauhkan dari kesusahan itu. Kalau bisa lari sekencang-kencangnya agar kesusahan itu tak jadi menghampiri kita.

Sebagaimana datangnya hujan, datangnya masa kesusahan pun tak bisa ditolak. Tak ada waktu untuk menghindar. Tak ada cara untuk melarikan diri. Tak ada tempat berteduh. Sebagaimana seorang tamu yang bertandang ke rumah, tidak ada jalan lain kecuali menerimanya. Suka atau tidak suka kita harus  membukan pintu hati dan mempersilahkan tamu kesusahan itu masuk. Semasam apapun wajah kita.

Semakin kita melawan semakin kita merasakan perlawanan dari sang kesusahan. Dia datang bukan untuk dilawan, melainkan harus dipeluk. Sakit memang menerima kunjungan tamu kesusahan. Tiada jalan lain yang lebih bijak daripada merengkuhnya bak saudara kandung yang mengkhianati kita. Alangkah bijaknya kalau kita mau memeluk kesusahan itu bak sahabat lama. Hanya berdamai dengan sang kesusahan maka hidup kita akan relatif tenang, sekalipun tamu kesusahan sedang menginap di rumah hati kita.

Tamu tidak akan tinggal selamanya di rumah hati kita. Pada waktunya pulang, dia akan pulang. Dia akan meninggalkan buah kebajikan sebagai kenangan dan ungkapan terima kasih pada tuan rumah. Perdamaian itu yang akan membuat hati kita ikhlas untuk menerima kesusahan sebagaimana kita menyambut kegembiraan. Tidak ada pilihan lain kecuali berdamai dengan hati yang ikhlas.

Be Happy Through H.A.P.P.Y

Dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, banyak hal yang kita anggap mustahil di dunia ini hanya karena kita tidak tahu. Kalau kita ingin bahagia di saat apa yang kita inginkan terjadi/tidak terjadi apa-apa itu hal mudah, wajar. Tetapi bagaimana kalau kita ingin bahagia saat apa yang tidak diinginkan justru terjadi??? Terasa mustahil bukan? Bagaimana mungkin bisa bahagia kalau nilai ujian jelek, diputusin sama pacar, sedang berantem sama orang tua, kehilangan barang yang disukai, usaha lagi dalam masalah. Rasanya bisa dikatakan MUSTAHIL!!! Bagaimana caranya kita bisa HAPPY setiap hari? Walau apapun yang terjadi pada kita, kita tetap bisa HAPPY. How???

Sang Budha menyatakan bahwa biarpun hidup adalah penderitaan dan penuh dengan ketidakpastian, adalah memungkinkan bagi manusia untuk mengalami kebahagiaan baik secara mutlak maupun sementara dengan memahami kehidupan sebagaimana adanya.

5 hal yang harus dipahami agar tetap HAPPY saat situasi buruk terjadi. Mau? Banyak orang ingin HAPPY, tapi prakteknya tidak benar-benar ingin HAPPY.

Happiness doesn’t come from outside

Banyak orang berpendapat, yang membuat kita HAPPY adalah dari luar, kalau punya uang banyak, teman yang baik, istri yang cantik, orang tua yang bisa memahami, usahanya lancar. Semua itu bukanlah HAPPY yang bisa diandalkan. Kalo hilang/berubah??? Menderitalah kita. Apalagi kalau yang terjadi justru malah sebaliknya. Tidak punya uang, teman mengkhianati, istri tidak baik, orang tua yang diktaktor, usaha sedang sulit. Kalau kita beranggapan merekalah sumber HAPPY, kita tidak akan HAPPY. Kita justru akan menderita.

Kalau mau mencari HAPPY yang sebenarnya, bukan dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Pahami: Orang HAPPY bukan karena tidak ada masalah, tetapi mereka HAPPY justru tanpa peduli ada masalah. Dengan kita HAPPY semua akan jadi lebih baik. Segala sesuatu di luar diri kita adalah netral, kita yang mendefinisikannya. Kalau kita dihina/dicacimaki orang bagaimana kita bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang netral?

Ada sebuah cerita dimana seorang Bhikkhu bertemu dengan seorang yang terkenal dengan tabiatnya yang sangat jahat di daerahnya. Kemudian orang jahat itu bertanya pada Sang Bhikkhu, “Hai pertapa, menurutmu saya ini orangnya seperti apa?” “Oh, anda seperti seorang Buddha yang bijaksana,” jawab Sang Bhikkhu dengan lembut.

Mendengar jawaban Sang Bhikkhu, muridnya yang juga berada di sana jadi terheran-heran, apakah guru tidak tahu reputasi buruk orang ini? Kemudian muridnya balik bertanya kepada orang jahat tadi. “Kalau menurutmu guru saya seperti apa?” Dengan suara agak menantang dia menjawab, “Gurumu seperti orang bodoh!” jawab orang jahat itu dengan sinis. Spontan wajah murid tersebut merah dan terlihat tidak terima dengan perlakuan orang jahat tersebut kepada gurunya. Mengetahui hal itu, gurunya segera mengajak muridnya pergi sedikit menjauh dari orang jahat tadi dan berkata, “Kau tak perlu marah muridku, perkataan/perbuatan orang adalah cermin dari pribadinya,” nasehat Sang guru kepada muridnya. Seketika itu juga amarah muridnya reda dan dia jadi tahu mengapa gurunya mengatakan bahwa orang jahat itu seperti seorang Buddha.

Cerita ini sangat menginspirasi kita, bahwa kita tidak perlu merasa marah dan kesal dengan perbuatan/perkataan orang yang menyakiti kita. Jangan sampai kebahagiaan kita dirusak oleh apapun. HAPPY adalah pilihan. Jadikan HAPPY sebagai kebiasaan kita. Setiap pagi putuskan bahwa anda akan HAPPY hari ini. Jangan mengandalkan di luar diri kita untuk bahagia. Yang kita bisa andalkan adalah diri kita sendiri. Tanpa kejadian itu pun kita bisa kok HAPPY. Atau malah dalam kondisi yang buruk sekalipun kita bisa kok tetap HAPPY. Bolehlah situasi buruk terjadi, tapi saya ingin HAPPY kok…

Always do the best

Pepatah “Give world the best you have, and the best will come back to you”. So, do the best first. Apa yang terjadi pasti ada penyebabnya. Kejadian buruk yang kita alami adalah buah karma buruk kita yang lalu. Supaya ke depan kita bisa HAPPY, taburlah benih karma baik sekarang.

Apapun yang terjadi, tetap do the best in everything. Tidak mudah memang. Ingatlah dengan kondisi buruk yang kita alami saat ini, berarti tabungan karma buruk kita sudah berkurang. Do the best untuk membuat karma baik di masa yang akan datang.

Dalam hal apa do the best? Dalam segala hal. Bekerja, belajar, beribadah, berteman, berkeluarga. Jangan setengah-setengah. Lakukan yang terbaik! Jangan pedulikan hasilnya seperti apa, lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan. Hasil boleh tidak seperti yang kita harapkan. Tapi tetap do the best! Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menguatkan mental kita ketika harus berhadapan dengan situasi buruk. Juga meminimalkan efek buruk yang kita alami.

Positive thinking in anything

Jangan mau rugi dengan hal buruk yang kita alami. Sudah gak enak, kok malah mau dibiarin gak enak. Lucu kan? Bolehlah kita terpukul dengan kejadian yang kita alami, tapi segera cari apa yang bisa kita ambil dari kondisi buruk ini? Selalulah mencari positif dari setiap kondisi, ataupun setiap orang yang kita jumpai.

Bertemu dengan kondisi yang tidak enak, anggap bahwa itu sebagai latihan untuk menguatkan mental kita. Berteman dengan siapapun, fokuskan pikiran kita pada kelebihan-kelebihan mereka. Setiap orang pasti ada baik dan buruknya. Namanya juga manusia. Kita benci sama orang yang berbuat salah ke kita. Dendam, kita yang rugi. Hidup kita jadi gak enak. Semua jadinya pengen marah aja dan resiko stroke pun tambah tinggi. Dari mana kita dapat ide bahwa dengan kita tidak memaafkan mereka yang berbuat jahat ke kita, mereka pasti menderita? Itu salah total! Justru kitalah yang rugi!

Jangan lupa juga untuk bersyukur atas apa yang saat ini kita miliki. Bersyukur akan membuat kita HAPPY. Seringkali kita menganggap segala sesuatu terjadi ya memang sewajarnya seperti itu. Contoh: sampai ke vihara dengan selamat, tidak terlambat, lahir dengan kondisi fisik yang normal. Dengan sering kita bersyukur, pikiran kita gak sempet lagi untuk memikirkan hal-hal negatif. Betul???

Pack our heart with a boundless love

Salah satu cara membuat kita bahagia adalah dengan cara membuat orang lain berbahagia. Coba buktikan sendiri.

Berpikirlah bahwa siapa pun yang bertemu dengan saya, mereka harus berbahagia setelah bertemu dengan saya. Berpikirlah apa yang bisa saya lakukan untuk membuat orang ini HAPPY. Bagaimana kalau balasannya malah menyakitkan? Pahami bahwa jauh lebih baik mencintai daripada dicintai. Jauh lebih baik disakiti daripada menyakiti. Karena kita menabur karma baik, melatih mental kita, melatih ketulusan, melatih untuk tidak melekat.

Cobalah! Anda akan merasakan bahwa hidup itu indah, dengan kita membuat orang lain HAPPY. Dan kita pun akan HAPPY.

You can change only what you can

Jangan pernah berharap mengubah dunia. Anda akan menderita. Kalau memang kita bisa dan punya kuasa mengubahnya, berjuanglah untuk mengubahnya. Contoh masa depan kita, pribadi kita, pola pikir kita, segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan diri kita, kita punya kuasa penuh untuk mengubahnya.

Tapi kalau memang sesuatu tidak bisa diubah, let it be… Gak usah pusing. Biarkanlah… Buat apa kita pusing memikirkan kenapa orang itu menyakiti saya dan lain-lain sebagainya? Mikir seperti itu hanya akan membuang energi kita dan membuat kita tidak HAPPY. Kalau kita benar-benar ingin HAPPY, lupakanlah itu. Itu di luar pengaruh kita. Biarkanlah…

Kesimpulan:
Yang penting buat diri kita HAPPY. Dengan kita HAPPY segalanya akan jauh lebih baik. Setuju?

Masih ingat kelima hal yang membuat kita HAPPY setiap saat? Coba urutkan! So, kalau ingin senantiasa HAPPY setiap hari, apapun yang terjadi pada diri kita, lakukanlah H.A.P.P.Y.

Semoga kita semua yang memahami 5 prinsip ini, kita bisa lebih HAPPY menghadapi kondisi apapun. Dan kalau kita bisa lebih HAPPY, semoga orang-orang di sekeliling kita pun bisa menjadi lebih HAPPY setelah berhubungan dengan kita, Dan pada akhirnya semoga dengan semakin banyak orang HAPPY semoga semua makhluk juga akan selalu HAPPY.

Pengalaman Yang Berguna Seumur Hidup

Ada seorang anak dari teman, sudah setengah tahun lulus Wisuda, tidak pergi mencari kerja, pagi tidur sampai siang, malam pergi main internet sampai tengah malam. Belakangan ini meminta uang kepada orang tuanya, mau pergi ke Amerika menuntut ilmu lebih dalam lagi.

Teman ini bertanya kepada saya, mesti tidaknya dia membiarkan dia pergi. Saya menatap rambut teman saya yang banyak putihnya dan berkata, “Jika kamu berniat agar anak kamu baik nantinya, biarkan dia pergi, tapi jangan kasih dia uang.” Saya terpikir cerita keponakan saya. Dia adalah warga Amerika, dari kecil selalu berpikir mau jadi pengembara, ingin berkelana melihat lihat dunia luar, jadi ingin pergi berkeliling dunia, nanti setelah kembali mau melanjutkan sekolah di Universitas. Biarpun ayahnya seorang dokter, ekonomi keluarga memungkinkan, tetapi ayah ibunya tidak memberinya uang dan dia juga tidak memintanya dari mereka. Sesudah tamat SMA, maka dia segera pergi ke hutan Alaska untuk memotong kayu untuk menabung.

Karena di Alaska saat musim panas siang hari sangat panjang, matahari baru terbenam kira-kira tengah malam dan sebentar kemudian jam 3 subuh sudah terbit lagi. Jika dalam sehari dia bisa bekerja 16 jam, memotong kayu selama 1 musim, maka dia bisa menabung untuk keliling dunia selama 3 musim.

Maka setelah keliling dunia 2 tahun akhirnya kembali ke sekolah untuk meneruskan pelajaran di Universitas. Dan karena hal ini adalah dirinya sendiri yang memikirkan matang-matang dan secara mendalam, maka jurusan pilihannya yang semestinya perlu 4 tahun untuk lulus, diselesaikannya dalam waktu 3 tahun. Setelah itu mulai mencari pekerjaan.

Karirnya cukup baik, bisa dibilang searah dengan arah angin, lancar naik terus sampai ke posisi Kepala Insinyur/ Manajer Teknik. Pada suatu saat dia bercerita kepada saya dan mengatakan hal di bawah ini yang mempengaruhinya seumur hidup.

Ketika dia bekerja paruh waktu di Alaska, pernah sekali dia dan temannya mendengar teriakan erangan serigala di atas gunung. Mereka sangat cemas dan mulai mencari-cari, akhirnya menemukan seekor serigala betina terjerat jebakan dan sedang merintih kesakitan. Terus dia memperhatikan alat jebakan besi yang unik dan tahu bahwa itu adalah milik seorang Pak Tua. Pak Tua ini adalah amatiran, menggunakan waktu luangnya untuk menangkap binatang, kemudian menjual kulitnya untuk menambah kebutuhan dapurnya. Tetapi setahu mereka, si Bapak Tua tadi beberapa hari lalu karena serangan jantung telah diangkut pakai helikopter ke rumah sakit Ancrukhy untuk mendapatkan pertolongan dan dirawat sekarang.

Dan serigala betina ini bakal mati kelaparan karena tidak diurus. Timbul keinginan dia melepaskan serigala betina itu, tetapi serigala itu sangat ganas dan garang sehingga dia tidak dapat mendekat. Dia juga mengamati ada tetesan susu dari serigala betina ini dan ini menandakan bahwa di sarangnya pasti ada anak-anak serigala. Dia dan temannya menghabiskan banyak sekali tenaga dan waktu untuk mencari sarang serigala, sampai menemukan 4 ekor anak serigala dan membawa mereka ke tempat serigala betina tadi untuk diberikan susu. Dengan demikian bisa menghindarkan mereka dari bahaya mati kelaparan. Dia mengeluarkan bekal makanan sendiri untuk diberikan ke serigala betina sebagai makanan dan mempertahankan hidupnya.

Malam hari masih harus berkemah di sana dekat serigala betina untuk menjaga serigala dan keluarganya dari serangan binatang lain karena ibu serigalanya terjerat tidak bisa membela keamanan diri sendiri maupun anak-anaknya. Hal ini terus berlangsung sampai hari kelima, saat dia mau memberi makan serigala betina, tiba-tiba dia memperhatikan serigala tadi mulai menggoyang-goyangkan ekornya. Kemudian dia tahu kalau dia sudah mulai mendapatkan kepercayaan dari serigala betina ini.

Akhirnya setelah berlalu 3 hari lagi, baru serigala betina mengizinkan dirinya didekati, membuka jeratan jebakan yang menjepitnya dan melepaskannya bebas kembali. Setelah bebas, serigala betina ini kemudian menjilat tangannya dan membiarkan dia memberikan obat luka di kakinya. Terakhir serigala betina ini membawa anak-anaknya pergi, dengan sesekali memutarbalikkan kepalanya melihat ke belakang ke arah dia.

Dia terduduk di atas batu dan berpikir, jika seorang manusia bisa membuat seekor binatang buas seperti serigala menjilat tangannya dan menjadi temannya, apakah bisa tidak mungkin seorang manusia membuat manusia lain meletakkan senjatanya dan berkawan?

Dia bertekad di kemudian hari untuk berbuat baik dan menunjukkan ketulusan hati kepada orang lain, karena dari kasus ini dia mempelajari bahwa dia terlebih dahulu menunjukkan ketulusan hati, maka lawan pasti akan membalasnya dengan ketulusan juga. (Sambil bergurau dia berkata, jika demikian saja tidak bisa, maka kalah sama binatang.)

Karenanya setelah masuk bekerja, di perusahaan dia berbaik hati kepada orang lain. Pertama-tama selalu menganggap orang lain berniat baik, kemudian sendiri bersikap tulus, seringkali suka menolong orang lain, tidak berhati sempit, dan mengingat kesalahan-kesalahan kecil orang lain. Oleh karena ini setiap tahun dia selalu naik jabatan, promosinya cepat sekali. Yang paling penting adalah dia setiap hari melewati kehidupannya dengan sangat gembira, katanya orang yang membantu orang lain adalah lebih gembira dibandingkan dengan orang yang menerima bantuan.

Biarpun dia tidak pernah tahu prinsip kekristenan bahwa memberi lebih baik daripada menerima, tetapi dia telah menjalankan kehidupan yang demikian.

Dia berkata kepada saya bahwa dia selalu berterima kasih atas pengalaman dia di Alaska dulu, karena ini membuat dia menerima rejeki kebajikan yang tak habis-habisnya seumur hidup ini. Dan ini benar sekali, hanya sesuatu hal yang kita mau, yang bisa kita hargai, strawberry yang sudah mendapatkan embun baru akan manis, manusia yang sudah diasah kesulitan baru menjadi dewasa dan matang.

Jika ada seseorang yang tamat Universitas dan tidak tahu mau bekerja apa, maka harus membiarkan dia pergi keluar untuk diasah oleh sang kehidupan, tidak perlu memberikan dia uang, biarkan dia mencari makan dengan tenaganya, berikan dia 1 kesempatan untuk membuktikan kekuatan dirinya dan mencicipi kehidupan, niscaya dan percaya dia pasti bisa mendapatkan sebuah pengalaman yang berguna seumur hidup.

Tuhan  memberkati.